Pages

Selasa, 30 November 2010

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi pada jutaan orang setiap hari. Infeksi pada saluran kemih merupakan infeksi kedua tersering yang terjadi pada tubuh manusia. Di Amerika Serikat, infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyebab 8,3 juta kunjungan ke dokter setiap tahunnya. Wanita secara khusus lebih mudah mengalami ISK dengan sebab yang belum sepenuhnya diketahui. Seorang wanita rata-rata mengalami 5 kali ISK sepanjang hidupnya. Kejadian ISK pada pria tidak sesering pada wanita, tetapi bila seorang pria mengalami ISK maka dapat menjadi berat.



Apa penyebab ISK?


Normalnya, air seni (urin) itu steril atau bebas dari kuman (bakteri), virus, dan jamur, namun mengandung cairan, garam, dan zat-zat sisa. Infeksi pada saluran kemih terjadi bila organisme mikro, biasanya bakteri dari saluran cerna, berpindah ke ujung saluran kemih (utetra) yang terbuka dan mulai berkembangbiak. Uretra adalah saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh satu tipe bakteri, Escherichia coli (E. coli), yang normalnya hidup di usus besar.



Siapa yang berisiko?


Beberapa orang lebih mudah mengalami ISK dibanding yang lain. Semua kelainan di saluran kemih yang menghambat aliran urin (batu ginjal atau kelainan bawaan) dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Prostat yang membesar pada pria juga dapat memperlambat aliran urin, dan meningkatkan risiko infeksi.


Penggunaan kateter, suatu selang yang diletakkan di kandung kemih dan uretra, pada seseorang yang tidak dapat berkemih atau yang tidak sadar atau yang sedang sakit kritis, juga akan meningkatkan risiko ISK. Seorang yang mengidap diabetes (penyakit kencing manis) mempunyai risiko tinggi mengalami ISK karena perubahan sistem imunitas atau pertahanan tubuhnya, juga mereka yang menderita penyakit yang menekan sistem daya tahan tubuh.


Pada wanita dewasa, angka kejadian ISK meningkat secara gradual seiring bertambahnya usia. Para ahli masih belum dapat memastikan mengapa wanita lebih sering mengalami ISK dibandingkan pria. Salah satu faktor yang mungkin adalah uretra wanita lebih pendek, yang memudahkan bakteri untuk cepat sampai di kandung kemih. Selain itu, ujung uretra wanita lebih dekat ke sumber bakteri yaitu anus dan vagina. Pada beberapa wanita, hubungan seksual dapat mencetuskan terjadinya infeksi, walaupun belum jelas benar mekanisme yang mendasarinya.



Apa saja gejala ISK?


Tidak semua orang yang mengalami ISK merasakan gejala, namun sebagian besar merasakan beberapa gejala. Beberapa gejala ISK diantaranya perasaan ingin berkemih yang sering (beser) dan rasa nyeri atau rasa terbakar di daerah kandung kemih dan uretra selama berkemih. Air seni kadang-kadang tampak berwarna keputihan atau keruh, bahwa kemerahan bila terdapat darah. Biasanya, ISK tidak menyebabkan demam bila terjadi hanya di kandung kemih dan uretra. Adanya demam menunjukkan bahwa infeksi mungkin sudah mengenai ginjal. Gejala lain infeksi yang mengenai ginjal diantaranya nyeri di pinggang, mual, atau muntah. Pada seorang berusia lanjut, kadang-kadang tidak ada gejala spesifik yang terjadi bila mereka mengalami ISK. Perubahan mental atau kesadaran yang terganggu sering merupakan satu-satunya gejala ISK pada usia lanjut.



Bagaimana mendiagnosis adanya ISK?


Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami ISK, selain akan menanyakan gejala-gejala tersebut di atas, dokter akan meminta pemeriksaan urin untuk mendeteksi adanya nanah atau bakteri. Pasien akan diminta untuk mengumpulkan sample urinnya, yang dilakukan setelah pasien membersihkan daerah genitalnya, dan yang dikumpulkan adalah urin “porsi tengah” pada wadah yang steril. Membersihkan daerah genital dan mengumpulkan urin “porsi tengah” merupakan cara agar tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri lain yang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bisanya, sampel urin akan dikirim ke laboratorium, kadang-kadang di tempat praktek dokter ada juga alat untuk  memeriksanya.


Pada pemeriksaan urinalisis ini, urin diperiksa terhadap adanya sel darah putih, sel darah merah, dan bakteri. Bila diduga ada bakteri di urin, pemeriksaan selanjutnya adalah mengembangbiakkan (mengkultur) bakteri tersebut sehingga diketahui jenisnya dan dilakukan tes terhadap sensitivitas bakteri tersebut terhadap berbagai jenis antibiotika (tes sensitivitas).



Bagaimana mengobati ISK?


Infeksi saluran kemih diobati dengan antibiotic. Pemilihan jenis dan lamanya pemberian antibiotika tergantung pada riwayat perjalanan penyakit dan tes urin untuk mengidentifikasi bakteri penyebab. Tes sensitivitas sangat berguna untuk membantu dokter memeilih antibiotika yang paling efektif. Seringkali, ISK dapat sembuh hanya dengan 1 atau 2 hari pengobatan jika infeksi tidak berkomplikasi oleh adanya sumbatan atau kelainan lain. Namun umumnya dokter akan meminta pasien untuk meminum antibiotika selama 1 atau 2 minggu untuk memastikan infeksi sudah benar-benar sembuh. Pemeriksaan urinalisis ulangan akan membantu mengkonfirmasi bahwa saluran kemih sudah bebas infeksi. Sangat penting untuk melakukan pengobatan secara lengkap, karena gejala mungkin sudah hilang meskipun infeksi belum sepenuhnya hilang. several weeks of antibiotic treatment. In such cases, kidney infections rarely lead to kidney damage or kidney failure unless they go untreated.



ISK berulang pada wanita


Wanita yang sudah mengalami tiga kali ISK umumnya akan mengalami ISK kembali. Empat dari 5 wanita mengalami ISK berulang setelah 18 bulan ISK. Seorang wanita yang telah mengalami lebih dari tiga kali ISK sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan beberapa alternatif pilihan pengobatan seperti dibawah ini :




  • Mengkonsumsi antibiotik dosis rendah setiap hari selama 6 bulan.

  • Mengkonsumsi antibiotik dosis tunggal setelah melakukan hubungan seks

  • Mengkonsumsi antibiotik selama 1-2 hari ketika timbul gejala ISK


Berikut ini adalah beberapa tips untuk mencegah terjadinya ISK :




  • Minumlah air dalam jumlah cukup setiap hari

  • Jangan menahan buang air kecil ketika anda merasa sangat ingin buang air ekcil

  • Basuhlah/keringkan daerah vagina anda dari arah depan ke arah belakang setelah anda buang air kecil untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina atau ureter

  • Gunakanlah air mengalir, hindari air dari dalam bak untuk membersihkan vagina

  • Bersihkanlah daerah vagina sebelum anda melakukan hubungan sex

  • Hindari menggunakan spray pembersih vagina karena dapat membuat iritasi ureter


Infeksi selama Keamilan


Wanita hamil berisiko untuk menderita ISK. Beberapa penelitian melaporkan sekitar 2-4% wanita hamil menderita ISK. Menurut para ahli, adanya perubahan hormonal dan perubahan posisi saluran kemih selama kehamilan membuat bakteri lebih mudah untuk masuk ke ureter dan ginjal. Oleh karena itu, wanita hamil dianjurkan untuk memeriksakan urin secara periodik selama kehamilan.

Infeksi Saluran Nafas Atas pada Anak

Infeksi saluran nafas merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada masa anak-anak. Sebagian besar jenis infeksi ini tidak berbahaya, namun sebagian lagi dapat pula berbahaya. 80-90% penyebab infeksi saluran nafas pada anak adalah virus, sedangkan sisanya disebabkan oleh bakteri patogen.


Infeksi saluran nafas dibedakan menurut tingkat jalur pernafasan, yaitu : infeksi saluran nafas atas, infeksi laring/trakhea, bronkhitis, bronkhoiolitis, dan pneumonia. .


Sekitar 80% infeksi saluran nafas hanya melibatkan hidung, tenggorokan, telinga, dan sinus. Istilah infeksi saluran nafas atas meliuputi beberapa kondisi : flu, infeksi tenggorokan (faringitis, termasuk tonsilitis), otitis media akut, dan sinusitis.


Flu (coryza) merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada anak. Tampilan klinisnya meliputi : adanya lendir dari hidung dan hidung terasa mampet. Penyebab terseringnya adalah virus. Flu tidak memiliki penatalaksanaan yang spesifik. Demam dan nyeri yang timbul akibat flu dapat diobati dengan parasetamol atau obat dengan kandungan ibuprofen. Antibiotik tidak terlalu bermanfaat karena flu seringkali disebabkan oleh virus, dan jarang yang disebabkan oleh bakteri.


Infeksi tenggorokan biasanya disebabkan oleh infeksi virus (virus saluran nafas). Pada sebagian anak-anak, kelompok streptococcus hemolitik beta A merupakan penyebab tersering infeksi tenggorokan. Inflamasi akan terjadi pada faring, dan nodul limpa akan membesar.


Infeksi saluran nafas merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada masa anak-anak. Sebagian besar jenis infeksi ini tidak berbahaya, namun sebagian lagi dapat pula berbahaya. 80-90% penyebab infeksi saluran nafas pada anak adalah virus, sedangkan sisanya disebabkan oleh bakteri patogen.


Infeksi saluran nafas dibedakan menurut tingkat jalur pernafasan, yaitu : infeksi saluran nafas atas, infeksi laring/trakhea, bronkhitis, bronkhoiolitis, dan pneumonia. .


Sekitar 80% infeksi saluran nafas hanya melibatkan hidung, tenggorokan, telinga, dan sinus. Istilah infeksi saluran nafas atas meliuputi beberapa kondisi : flu, infeksi tenggorokan (faringitis, termasuk tonsilitis), otitis media akut, dan sinusitis.


Flu (coryza) merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada anak. Tampilan klinisnya meliputi : adanya lendir dari hidung dan hidung terasa mampet. Penyebab terseringnya adalah virus. Flu tidak memiliki penatalaksanaan yang spesifik. Demam dan nyeri yang timbul akibat flu dapat diobati dengan parasetamol atau obat dengan kandungan ibuprofen. Antibiotik tidak terlalu bermanfaat karena flu seringkali disebabkan oleh virus, dan jarang yang disebabkan oleh bakteri.


Infeksi tenggorokan biasanya disebabkan oleh infeksi virus (virus saluran nafas). Pada sebagian anak-anak, kelompok streptococcus hemolitik beta A merupakan penyebab tersering infeksi tenggorokan. Inflamasi akan terjadi pada faring, dan nodul limpa akan membesar.

Tips Agar Cepat Hamil

Tips Agar Cepat Hamil.


Kehamilan dan mendapatkan keturunan merupakan sebuah harapan yang besar bagai pasangan suamiisteri, khususnya bagi mereka yang baru saja melangsungkan pernikahan. Hadirnya buah hati dalam kehidupan keluarga menambah lengkap suasana. Momen tatkala hasil test kehamilan menunjukkan postif, adalah sebuah moment yang sangat dinanti oleh pasangan suami isteri bagi mereka yang mendambakan hadirnya generasi penerus keluarga.


Namun ada kalanya, harapan akan mendapatkan kehamilan dan keturunan terasa mulai sirna tatkala kehamilan yang ditunggu-tunggu belum datang juga. Stress dan putus asa banyak menghinggapi pasangan suami isteri yang telah lama menanti. Kadang kondisi ini banyak membuat sebuah keluarga menjadi tidak harmonis dan akhirnya terjadi perceraian gara-gara kasus ini. Sebetulnya banyak kasus yang menyebabkan sulitnya sebuah pasangan suami isteri untuk mendapatkan keturunan, di mulai dari adanya penyakit, gangguan hormonal, gangguan sistem reproduksi dan berbagai macam hal lainnya yang tentunya hal ini perlu dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut untuk mengatasinya. Namun ada kalanya juga seorang pasangan suami isteri sulit untuk cepat hamil dikarenakan kurangnya pengetahuan dasar mengenai kehamilan, sehingga kehamilan yang di nanti belum datang juga.


Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan bagi pasangan suami isteri agar cepat mendapatkan kehamilan:



Periksakan Kondisi Kesehatan Anda


Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pemeriksaan kesehatan yang mencakup kesehatan tubuh anda sendiri, mengenai sistem reproduksi anda, tingkat kesuburan dan hal lainnya kepada ahlinya. Periksakan hal ini baik suami maupun isteri. Hal ini merupakan modal penting untuk terjadinya kehamilan dan  untuk diketahui oleh pasangan suami isteri, karena jika terjadi kendala pada hal tersebut, tentunya diperlukan perawatan dan pengobatan lebih lanjut dan bukan hanya sekedar tips. Jika setelah diperiksakan dan dinyatakan kondisi anda dan pasangan anda sehat, maka mungkin tips selanjutnya bisa bermanfaat dan dapat anda lakukan.



Ketahui Mengenai Pengetahuan Dasar Terjadinya Kehamilan


Hal ini juga penting diketahui oleh pasangan suami isteri agar dapat dijadikan sebagai gambaran untuk mendapatkan kehamilan. Mengetahui seberapa banyak jumlah sperma normal, kondisi serviks saat masa subur, berapa lama sperma mencapai sel telur dsb. Lengkapnya mengenai proses terjadinya kehamilan, dapat di baca

Kamis, 25 November 2010

Infeksi Saluran Kemih (Kencing) pada Anak

Sekitar 3 persen anak prempuan dan 1 persen anak laki-laki mengalami infeksi saluran kemih sebelum berusia 11 tahun, dan  dalam 1 tahun, 50% di antaranya akan mengalami kekambuhan. Infeksi saluran kemih mungkin melibatkan ginjal ( pielonefritis), atau mungkin berkaitan dengan infeksi pada kantong kemih (sistitis). Infeksi saluran kemih pada anak-anak penting  diperhatikan karena:


-  Hampir setengahnya memiliki abnormalitas struktural pada saluran kencingnya.


- Infeksi pada ginjal mungkinmerusak ginjal yang sedang berkembang dengan membentuk jaringan parut sehingga dapat berakibat terjadinya darah tinggi sampai dengan gagal ginjal manakala jaringan parut terjadi pada kedua ginjal.



Gejala dan tanda


Gejala dan tanda infeksi saluran kemih pada anak dapat bervariasi tergantung usia anak tersebut. Pada bayi baru lahir gejalanya tidak spesifik, meliputi muntah dan kunng; infeksi berat dapat terjadi dengan cepat. Gejala dan tanda yang khas dapat terjadi pada anak yang sudah lebih besar seperti nyeri saat berkemih, sering berkemih, dan nyeri pinggang. Bila ginjal terkena infeksi biasanya disertai dengan demam. Bila hanya ada keluhan nyeri saat berkemih, tanpa demam, biasanya hanya infeksi pada kantong kemih, atau infeksi pada kemaluan



Faktor yang memudahkan infeksi saluran kemih



Kuman infeksi


Infeksi umumnya terjadi akibat kuman dari usus yang masuk ke saluran kemih melalui lubang kencing (uretra), kecuali pada bayi baru lahir yang biasanya melalui darah.



Pengosongan kantong kemih tidak sempurna


Pada anak-anak pengosongan kantong kemih yang tidak sempurna dapat disebabkan  oleh pembesaran kantong kemih karena anak jarang kencing, berkemih yang terburu-buru, saluran kemih tersumbat karena tekanan feses (tinja) di usus besar atau saluran penglepasan akibat sembelit, gangguan persarafan pada kantong kemih.



Kembalinya urin dari kantong kemih (vesicoureteric reflux)


Adanya kelainan pertumbuhan pada saluran kemih yang menyebabkan urin tidak dapat mengalir masuk ke kantong kemih dan justru kembali ke ginjal dan menimbulkan infeksi pada ginjal serta kerusakan pada ginjal.



Pengobatan


- Infeksi saluran kemih pada anak diobati dengan antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab infeksi


- Dianjurkan untuk banyak minum, berkemih secara teratur, hindari sembelit dengan banyak makan buah, dijaga kebersihan di sekitar kemaluan,


- Jika muncul gejala-gejala seperti disebutkan di atas periksa biakan
urin

Penyakit Kronik dan Kegemukan (Obesitas) pada Anak

Masalah kesehatan pada anak dan remaja yang seringkali dipikirkan oleh sebagian besar orang adalah infeksi telinga, demam, atau masalah kulit jerawat, dan bukan masalah penyakit jantung, diabetes atau hipertensi. Akhir-akhir ini, di beberapa negara maju prevalensi obesitas pada anak dan beberapa penyakit orang dewasa seperti diabetes melitus tidak tergantung insulin (diabetes tipe 2) semakin meningkat. Obesitas merupakan faktor risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan hipertensi pada anak-anak.



Diabetes Tipe 2


Sebagian besar anak-anak yang didiagnosis menderita diabetes tipe 2 adalah obes. Sebagian besar didiagnosis pada masa remaja, namun dengan semakin banyaknya anak-anak yang obesitas dan kurang aktivitas fisik, angka kejadian diabetes tipe 2 meningkat pada anak-anak yang lebih muda. Diabetes tipe 2 seringkali diderita oleh mereka yang obesitas dan kurang aktivitas fisik serta memiliki riwayat keluarga diabetes. Pada diabetes tipe 2, sel menjadi resisten terhadap indulin, sehingga sel menjadi kurang sensitive terhadap insulin yang menyebabkan berkurangnya jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel dari darah. Kombinasi obesitas dan resitensi indulin menyebabkan terjadinya beberapa gejala, seperti kadar kolesterol tinggi dan  tekanan darah tinggi, yang pada akhirnya menimbulkan aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah) dan penyakit jantung koroner. Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit ginjla dan kebutaan.


Pencegahan dan tata laksana diabetes tipe 2 tergantung pada tata laksana berat badan. Hal ini menjadi sangat sulit mengingat para anak dan remaja seringkali mengkonsumsi makanan fast food an permen/coklat yang banyak diiklankan di TV serta budaya permainan video games. Pengaturan makan dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan tata laksana yang sangat dianjurkan untuk penderita diabetes tipe 2 serta pencegahan komplikasi penyakit jantung koroner.



Penyakit Jantung


Tekanan Darah


Dokter anak secara rutin memonitor tekanan darah pada anak dan remaja. Tekanan darah tinggi mengindikasikan adanya penyakit penyerta dan merupakan gejala awal hipertensi. Hipertensi memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Seperti aterosklerosis dan kadar kolesterol tinggi, hipertensi dapat berkembang pada dekade awal kehidupan, khususnya pada anak obesitas dan akan semakin memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Hipertensi pada anak-anak dapat dikontrol dengan melibatkan mereka melakukan aktifitas fisik secara teratur dan menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan seiring dengan bertambah tinggi badan mereka. Saat ini masih diperlukan penelitian untuk membuktikan apakah pembatasan garam pada anak dan remaja akan menurunkan tekanan darah.



Kolesterol Darah


Kolesterol darah cenderung meningkat seiring meningkatnya asupan lemak jenuh. Kolesterol darah juga berkorelasi dengan obesitas pada anak, khusunya obesitas abdomen. Kolesterol LDL meningkat pada anak obes, dan HDL kolesterol menurun. Hubungan ini terjadinya pada masa anak-anak dan angka kejadiannya semakin meningkat pada usia lebih dewasa. Anak-anak dengan berat badan berlebih dan kadar kolesterol tinggi umumnya memiliki orang tua yang menderita penyakit jantung.



Referensi : Whitney E, Rolfes SR. Understanding Nutrition. USA, 2008.

Epilepsi

Apakah yang dimaksud dengan epilepsi ?


Epilepsi meupakan kondisi neurologist yang umum diderita oleh kebanyakan orang. Terminologi epilepsi merupakan istilah umum yang mengarah pada berbagai gangguan dimana seseorang mengalami kejang. Kondisi lain seperti demam, penggunaan atau membehentikan obata atau alkohol dapat menyebabkan kejang. Seseorang didiagnosis epilepsi keika mengalami kejang dua kali atau lebih.



Apa yang menyebabkan epilepsi ?


Kebanyakan kasus epilepsi bersifat simtomatik atau bergejala, yang artinya epilepsi disebabkan karena kondisi lain, seperti trauma kelahiran, stroke, tumor otak, infeksi, atau abnormalitas bawaan lahir. Faktor genetik juga berperan sebagai penyebab epilepsi. Namun demikian beberapa kasus epilepsi bersifat idiopatik, artinya epilepsi terjadi karena sebab yang tidak dapat ditentukan,



Apakah yang dimaksud dengan kejang ?


Kejang merupakan pengeluaran aktivitas elekstrik yang berlebihan pada otak, yang mengakibatkan perubahan gerakan, perilaku, atau kesadaran. Terdapat beberapa macam kejang. Kejang memiliki efek yang berbeda pada tubuh, tergantung pada bagian otak mana mulai terjadi kejang  dan dibagian otak mana kejang menyebar.



Kejang dapat menyebabkan:


- A twitching muscle


- A tingling sensation


- Berkeringat


- Persepsi yang berbeda terhadap rasa atau bau


- Halusinasi


- Gelisah atau ketakutan


- Perubahan  perhatian


- Kehilangan kesadaran


- Perubahan-perubahan lain



Apa yang harus anda lakukan jika seeorang terkena kejang ?


Anda harus :


- Tetap tenang


- Bantu untuk membaringkan orang tersebut dan miringkan ke salah satu sisi untuk


menghindari terjadinya tersedak


- Kendurkan ikatan, longgarkan pakaian, dan buka kacamatanya


- Berikan bantal atau jaket sebagai bantalan kepalanya


- Perlahan bantu orang tersebut untuk kembali sadar


- Tetap tinggal bersama orang tersebut sampai ia sadar


- Tetap tenang dan santai (jangan panik)


Anda tidak boleh :


Meletakkan apapun pada mulut orang tersebut



Diagnosis epilepsi


Tidak terdapat satu test yang pasti untuk mendiagnosis epilepsi. Doker akan mendiagnosis epilepsi berdasarkan gambaran riwayat kejang. Gambaran yang detil tentang apa yang dirasakan penderita sebelum terkena serangan dan bagaimana riwayat serangan akan sangat membantu dokter untuk menentukan diagnosis. Dokter juga akan mengkaji riwayat medis pasien dan keluarganya, dan kan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa kondisi lain yang mungkin menyebabkan serangan.


Terdapat beberapa tes yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien. Tes yang paling sering digunakan adalah electroencephalogram (EEG). Tes lain seperti computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat memberikan informasi tambahan mengenai kondisi otak. Dokter akan melakukan tes-tes tesebut untuk mencari penyebab serangan, seperti tumor, pembentukan yang salah karena bawaan lahir, atau perubahan lain pada otak.

Senin, 22 November 2010

Keluarga Berencana

Terdapat berbagai metode penggunaan alat kontrasepsi dalam program keluarga berencana. Tulisan ini akan membahas mengenai alat kontrasepsi hormonal.


Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan para perempuan untuk mengatur kesuburannya. Alat kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk obat minum, obat suntik, dan implan yang dimasukkan ke bawah kulit dengan tindakan operasi kecil.


Alat kontrasepsi hormonal yang diminum terdiri dari beberapa jenis, meliputi obat yang berisi kombinasi dua macam hormon (hormon estrogen dan progestogen), obat yang hanya berisi satu macam hormon (hormon progestogen), dan obat kontrasepsi yang digunakan pasca berhubungan intim, baik yang hanya mengandung hormon estrogen dosis tinggi ataupun dalam kombinasi dengan hormon progestogen.


Hormon yang terkandung dalam alat kontrasepsi tersebut merupakan hormon yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Dalam sistem reproduksi perempuan, hormon tersebut antara lain mengatur siklus menstruasi, penglepasan sel telur matang (ovulasi), dan perubahan kondisi lapisan dalam rahim (endometrium) tempat melekatnya bakal janin (embrio).


Obat minum yang berisi kombinasi hormon merupakan metode kontrasepsi yang aman dan efektif. Obat ini bekerja dengan menghambat ovulasi dan merangsang perubahan lendir (mukus) di leher rahim dan endometrium sehingga pergerakan sperma dan perlekatan bakal janin ke dinding endometrium (implantasi embrio) sulit terjadi. Obat berisi hormon harus diminum setiap hari selama 21 hari, diikuti masa 7 hari tanpa obat (pil yang tidak mengandung hormon).


Obat minum kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestogen juga bekerja dengan menghambat ovulasi dan menyebabkan kondisi lendir leher rahim sulit bagi pergerakan sperma, namun obat minum ini kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan obat minum yang berisi kombinasi hormon estrogen dan progestogen. Metode kontrasepsi dengan obat bebas hormon estrogen ini diminum setiap hari dan penggunaannya seringkali terbatas pada perempuan yang kesuburannya sudah berkurang, seperti pada usia yang sudah lebih tua atau pada perempuan menyusui yang dikontraindikasikan untuk minum obat kontrasepsi berisi kombinasi hormon estrogen dan progestogen karena akan memengaruhi produksi air susu ibu.


Obat kontrasepsi hormonal yang hanya berisi progestogen juga dapat diberikan dengan cara disuntikkan atau dipasang implan di bawah kulit. Pemberian obat dengan cara disuntik atau implan efektif untuk mencegah kehamilan. Implan tersebut berupa semacam kapsul karet silikon berisi hormon yang tidak dapat didegradasi tubuh dan harus diganti setelah jangka waktu tertentu.


Alat kontrasepsi yang diminum pasca berhubungan intim mengurangi risiko terjadinya kehamilan setelah sebelumnya dilakukan hubungan intim tanpa proteksi alat kontrasepsi. Obat ini harus diminum dalam waktu 72 jam setelah hubungan intim dilakukan.


Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) terkait dengan penggunaan obat kontrasepsi hormonal yang berisi kombinasi hormon estrogen dan progestogen pada perempuan pra menopause kemungkinan terjadi karena proses pembentukan sumbatan di dalam pembuluh darah (trombogenesis). Walaupun demikian, risiko tersebut terkait dengan berbagai faktor lainnya. Tidak semata-mata karena pengaruh obat kontrasepsi hormonal kombinasi tersebut pada konsentrasi lemak di dalam darah (kadar lipoprotein serum), tetapi juga akibat pengaruh obat kontrasepsi hormonal kombinasi tersebut pada perubahan prokoagulans (zat yang membuat darah cenderung menjadi kental) dan agregasi trombosit yang cenderung menjadi meningkat. Perubahan ini terutama terjadi pada perempuan yang merokok karena merokok sendiri juga meningkatkan risiko trombogenesis. Oleh karena itu, obat kontrasepsi hormonal kombinasi aman bagi perempuan yang tidak memiliki penyakit sistem sirkulasi, jantung dan pembuluh darah sebelumnya. Lebih baik lagi jika perempuan yang mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal kombinasi tidak merokok.


Obat kontrasepsi hormonal kombinasi juga dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) pada kurang lebih 4-5% perempuan yang tekanan darahnya normal sebelum mengkonsumsi obat tersebut dan juga dapat meningkatkan tekanan darah pada kurang lebih 9-16% perempuan yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Jadi efek samping tersebut tidak terjadi pada semua perempuan yang mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal kombinasi. Risiko peningkatan tekanan darah ini berhubungan dengan ras, riwayat hipertensi dalam keluarga, kegemukan, diet/asupan makanan, merokok, dan lamanya penggunaan obat kontrasepsi hormonal kombinasi tersebut. Walaupun demikian, efek peningkatan tekanan darah tersebut hampir selalu bersifat sementara. Tekanan darah dapat kembali turun jika obat dihentikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan tekanan darah dalam tiga bulan pertama konsumsi obat kontrasepsi hormonal kombinasi agar dapat membantu mengidentifikasi perempuan mana yang mengalami efek peningkatan tekanan darah.


Obat kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestogen memiliki efek samping sistemik yang lebih sedikit, namun berhubungan dengan terjadinya gangguan menstruasi, terutama perdarahan yang tidak teratur.


Secara umum, metode kontrasepsi hormonal telah berpuluh-puluh tahun digunakan dan telah terbukti dapat diandalkan dan diterima penggunaannya secara luas oleh berjuta-juta perempuan di seluruh dunia. Manfaat kesehatan metode alat kontrasepsi hormonal tersebut jauh lebih banyak dibandingkan efek samping dan risikonya.

Alergi Makanan Part 2

Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai definisi, gejala, dan faktor risiko alergi makanan. Kali ini akan diuraikan mengenai makanan apa saja yang biasanya menyebabkan alergi serta bagaimana tata laksana alergi makanan.



Makanan yang sering menyebabkan alergi


Makanan yang paling sering menyebabkan reaksi alergi pada orang dewasa adalah jenis kerang-kerangan (seperti udang, lobster, dan kepiting), kacang- kacang mete, kenari, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Sedangkan makanan yang sering menyebabkan reaksi alergi pada anak-anak adalah telur, susu, kacang-kacangan, buah-buahan khusunya tomat dan strawberi.



Tata laksana


Menghindari makanan yang menyebabkan gejala dan tanda reaksi alergi adalah satu-satunya cara untuk menghindari reaksi alergi. Dianjurkan untuk berobat ke dokter jika anak anda mengalami rekasi alergi seketika setelah ia mengkonsumsi makanan. Tata laksana emergensi (gawat darurat) sangat diperlukan jika anak anda mengalami gejala anaphylaksis.



Alergi makanan biasanya juga diobati dengan beberapa cara secara bersamaan, tidak hanya menghindari zat yang menyebabkan reaksi alergi, namun dokter juga memberikan terapi untuk meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh pasien.  Jika anak anda alergi terhadap beberapa bahan makanan, biasanya dokter akan memberikan suplemen atau vitamin untuk menggantikan zat gizi yang tidak bisa ia konsumsi yang ada pada makanan yang menyebabkan ia alergi. Ibu yang menyusui dianjurkan untuk menghindari konsumsi makanan yang sekiranya dapat menyebabkan alergi pada bayinya.

Alergi Makanan Part 1

Alergi makanan seing dijumpai pada anak-anak. Alergi makanan kejadiannya akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Pada orang dewasa kejadian alergi hanya 1-2% dari populasi. Alergi makanan timbul ketika seseorang memiliki alergi terhadap makanan tertentu yang dimakan. Alergi makanan tidak sama dengan intoleransi makanan (reaksi fisik yang tidak diinginkan terhadap makanan tertentu).


Apakah yang dimaksud dengan alergi makanan ?


Alergi makanan terjadi ketika fraksi protein makanan atau molekul lain yang lebih besar masuk ke dalam darah,  dan menghilangkan respon sistem imun (daya tahan) tubuh terhadap molekul makanan tersebut dengan memproduksi antibodi, histamin, atau zat pertahanan lainnya. Histamin dapat mempengaruhi kulit, membran mukosa, kelenjar mukosa, dan sel otot halus.



Bagaimana mendiagnosanya ?


Alergi melibatkan antibodi, dan dapat menimbulkan gejala maupun tidak bergejala. Alergi dapat didiagnosis dengan melakukan test antibodi. Langkah untuk mendiagnosis yang sering dilakukan oleh dokter adalah : dokter pertama kali akan meminta anda untuk mencatat makanan yang dimakan anak anda yang menyebabkan alergi dan gejala yang ditimbulkan. Kemudian anada akan diminta untuk menghentikan pemberian makana yang menyebabkan alergi tersebut. Selanjutnya, dokter akan mengenalkan kembali  makanan tesebut kepada anak anda untuk mengetahui jkemungkinan timbulnya gejala yang sama. Dokter juga akan melakukan tes skin prick. Dokter akan melakukan tes skin prick pada lengan bagian bawah. Test darah juga mungkin dilakukan oleh dokter dengan menghitung jumlah antibodi di dalam darah. Test makanan juga mungkin dapat dilakukan, dimana makanan yang dicurigai menimbulkan alergi diberikan dengan disembunyikan dalam makanan tertentu. Setelah anak anda mengkonsumsi makanan tersebut, dokter akan mengamati secara seksama setiap reaksi yang timbul.



Gejala


Gejala alergi dapat timbul dalam waktu beberapa menit hingga dua jam setelah anak anda makan makanan yang mengandung alergen (zat yang menyebabkan alergi). Gejala yang seringkali ditemui pada anak-anak adalah :


- Diare atau muntah


- Ruam pada kulit


- Rasa tebal pada bibir, lidah, atau dalam mulut, yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas.


- Bersin-bersin dan hidung terasa mampet



Syok anapilaktik merupakan kondisi berbahaya yang dapat timbul karena alergi makanan yang berat. Kondisi ini biasanya ditimbulkan karena kacang, susu, telur, kacang kedelai, tepung terigu, ikan, atau kerang. Anak-anak biasanya memiliki alergi terhadap telur, susu, dan kacang kedelai dibandingkan terhadap kacang-kacangan. Kacang-kacangan menyebabkan reaksi alergi yang lebih berbahaya dibandingkan alergi makanan lain. Gejala syok anapilaktik adalah rasa lemah, sakit kepala secara tiba-tiba, kesulitan benafas, tekanan darah rendah, kehilangan kesadaran, dan syok. Gejala alergi makanan pada anak anda berbeda-beda tergantung dari jenis alergi makanan yang diderita.



Faktor risiko


Terdapat beberapa faktor risiko alergi makanan pada anak-anak :


-  Riwayat keluarga


Seorang anak yang memiliki salah satu orang tuanya menderita alergi memiliki peluang 50% umtuk menderita alergi. Sedangkan anak yang kedua orang tuanya memiliki riwayat alergi memiliki peluang 70% menderita alergi.


- Usia


Alergi makanan sering dialami oleh anak-anak, khususnya balita dan bayi. Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan akan semakin matang dan tubuh akan semakin sedikit untuk menyerap makanan yang memicu alergi. Anak-anak biasanya alergi terhadap susu, kacang kedelai, tepung terigu, dan telur. Alergi yang berat dan alergi terhadap kacang dan ikan biasanya akan lebih lama diderita

Kamis, 18 November 2010

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 5

Topik yang akan diulas dalam tulisan Imunisasi pada Bayi dan Anak V adalah mengenai penyakit tuberkulosis dan tifus.


Tuberkulosis (TBC)


Penyakit tuberkulosis atau TBC dapat terjadi pada semua usia dari semua strata sosial dan ekonomi. Penyakit TBC masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang, namun sejalan dengan semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS di dunia, penyakit TBC mulai kembali menjadi momok di negara maju.


enyakit ini disebabkan oleh bakteri dan menular melalui percikan ludah pasien yang menderita TBC dan mengandung kuman TBC dalam dahaknya. Penyakit TBC terutama menyerang paru, namun juga dapat menyerang hampir seluruh alat tubuh, seperti selaput paru, selaput otak, usus, ginjal, sendi, tulang, kelenjar, kulit, dan banyak alat tubuh lain.


Sebagian besar orang dewasa yang menderita TBC terkena infeksinya pada masa bayi atau anak. Infeksi tersebut dapat sembuh dengan sendirinya, namun kemudian muncul kembali saat dewasa manakala daya tahan tubuhnya turun. TBC pada bayi dan anak umumnya ditularkan oleh orang dewasa yang menderita TBC paru. Oleh karena itu, harus dicari orang dewasa yang menjadi sumber penularan, mungkin pramuwisma, supir, orangtua, tetangga, atau saudara yang menginap di rumah. Sementara, TBC paru pada bayi dan anak biasanya tidak menular, sehingga jangan mengucilkan bayi atau anak yang sakit TBC, penderita dapat tetap bermain dengan saudaranya yang lain.


Gejala penyakit TBC pada bayi dan anak tidak jelas dan tidak khas. Berbeda dengan pada orang dewasa, bayi dan anak yang sakit TBC tidak sering batuk dan tidak pernah mengalami batuk darah, melainkan memberikan gejala demam ringan, lesu, tidak nafsu makan, dan berat badan tidak naik secara bermakna.


Komplikasi penyakit TBC ke selaput otak sering menyebabkan kematian, atau bila penderita dapat bertahan hidup sering mengalami gejala sisa seumur hidup, seperti sering kejang, lumpuh kedua tungkai, dan sebagainya. TBC tulang punggung dapat menyebabkan pasien bongkok seumur hidup akibat kerusakan tulang punggung permanen. TBC yang mengenai sendi panggul dapat merusak tulang-tulang yang digunakan untuk bergerak sehingga anak tidak dapat berjalan.


Bila berobat dengan benar dan teratur penderita TBC akan sembuh. Pengobatan terhadap penyakit TBC memerlukan kombinasi berbagai obat yang diberikan dalam waktu yang lama, selama 6 bulan atau lebih, sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter. Dalam kurun waktu 3-4 bulan pengobatan biasanya keadaan penderita TBC sudah membaik sehingga seringkali terjadi putus berobat karena orangtua menganggap anaknya sudah sembuh. Hal ini sangat perlu dihindari karena kuman TBC belum hilang dari tubuh dan dapat timbul kembali dalam keadaan lebih parah dan sudah kebal terhadap obat-obat TBC. Pengobatan harus dimulai dari awal lagi dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan kemungkinan kuman lebih sulit dimatikan karena sudah kebal terhadap obat.


Oleh karena sebagian besar pasien TBC tertular pada masa kanak-kanak, maka imunisasi BCG untuk melawan penyakit ini harus dilaksanakan pada setiap anak. Hindari kontak dengan penderita TBC dewasa dan pada bayi atau anak yang sangat terancam tertular (misalnya orangtuanya menderita TBC) mungkin dokter memberikan obat pada bayi atau anak tersebut untuk mencegah agar tidak tertular.



Tifus


Tifus atau demam tifoid ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri tifus. Penyakit ini jarang terjadi pada bayi sampai usia 2 tahun. Gejalanya ditandai oleh demam yang berlangsung lebih dari 5 hari, mula-mula demam ringan kemudian berangsur-angsur makin tinggi sampai mengigau, terutama malam hari. Anak terlihat lesu dan tidak mau makan. Dapat terjadi muntah, diare atau justru sembelit.


Kuman tifus bersarang di bagian akhir usus halus sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi perdarahan akibat luka di usus hingga bocornya usus, yang biasanya terjadi bila pengobatan terlambat diberikan. Selain itu, kuman juga beredar di dalam darah sehingga dapat menyebabkan infeksi alat tubuh lain, terutama paru dan selaput otak. Untuk mencegah terjangkit penyakit ini, perlu dibiasakan hidup sehat dengan minum air yang sudah dimasak, mencuci tangan sebelum makan, menghindari jajan yang tidak terjamin kebersihannya, dan melakukan imunisasi untuk penyakit tifus setelah anak berusia 2 tahun, dan diulang setiap 3 tahun.

Rabu, 17 November 2010

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 4

Pada bagian III dari Imunisasi pada Bayi dan Anak telah dibahas mengenai penyakit tetanus, polio, dan hepatitis B. Topik selanjutnya yang akan diulas dalam tulisan IV adalah mengenai penyakit campak dan gondongan.


Campak


Penyakit campak atau sering disebut juga sebagai measles atau rubeola atau morbili merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara (percikan ludah) kepada anak yang belum diberi imunisasi campak.


Gejala penyakit campak mula-mula hanya menunjukkan gejala batuk-pilek biasa yang dapat disertai demam ringan, namun lama kelamaan demam makin tinggi, batuk makin keras, dan sering disertai muntah atau mencret. Anak menjadi rewel, gelisah, tidak mau bermain, tidak mau makan, dan sulit tidur. Mata dan selaput lendir mulutnya bengkak kemerahan disertai sariawan. Ruam kulit kemerahan mulai muncul pada hari ketiga atau keempat demam. Yang khas, ruam ini muncul berurutan dimulai dari daerah wajah, kemudian ke leher, dada, dan punggung, dan akhirnya dalam 2-3 hari ruam merata ke seluruh tubuh. Setelah ruam muncul, umumnya demam berangsur turun, namun batuk mungkin masih bertahan sampai lebih dari 1 minggu. Bekas ruam kulit tampak berupa bercak-bercak berwarna gelap yang baru hilang setelah 2-3 minggu atau lebih.


Meskipun penyakit campak cukup dikenal di masyarakat, namun masih banyak kesalahpahaman mengenai penyakit ini. Yang penting untuk diketahui adalah penyakit demam yang disertai kemerahan kulit belum tentu campak, melainkan bisa pula disebabkan infeksi virus lain atau reaksi alergi terhadap obat. Penyakit campak hanya dapat diderita oleh seseorang satu kali, karena bila sudah pernah sakit campak akan mempunyai kekebalan seumur hidup. Penyakit campak tidak harus dan tidak boleh diderita oleh anak, sehingga tiap anak harus diberikan imunisasi terhadap penyakit campak pada waktu yang tepat (pada saat anak berusia 9-14 bulan).


Diobati atau tidak, anak yang menderita campak, ruam kulitnya akan tetap muncul. Oleh karena disebabkan virus, campak tidak dapat disembuhkan dengan antibiotika, melainkan lebih ditentukan faktor gizi dan daya tahan tubuh; jika baik, pada umumnya dapat sembuh sendiri dalam waktu 7-10 hari, namun jika mengenai anak bergizi buruk atau dengan daya tahan tubuh rendah mungkin dapat terjadi komplikasi berbahaya yang membutuhkan perawatan di rumah sakit seperti radang paru atau pneumonia, radang otak, dan kekurangan cairan (dehidrasi) akibat banyak muntah atau diare sementara penderita tidak mau makan dan minum. Dengan demikian, penderita campak harus diobati, bukan untuk membunuh virusnya, tetapi untuk mengurangi gejala yang diderita anak, menambahkan vitamin, mencegah komplikasi, atau mengobati komplikasi bila ada.



Gondongan


Penyakit gondongan atau mumps atau parotitis epidemika juga disebabkan oleh virus yang menyebar melalui percikan ludah di udara.


Pada awal penyakit, timbul gejala demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, dan lesu yang kemudian diikuti pembengkakan yang keras di kelenjar parotis di bawah pangkal telinga beberapa hari kemudian. Kelenjar yang bengkak ini terasa nyeri bila ditekan atau bila anak mengunyah, menelan, atau bila makan makanan yang merangsang keluarnya air liur. Gejala tersebut dapat pula disertai batuk, pilek, muntah, diare, dan nyeri sendi.


Komplikasi gondongan pada anak laki-laki dapat berupa peradangan pada buah zakar (testis) yang terasa nyeri, sedangkan pada anak perempuan dapat terjadi komplikasi di indung telur (ovarium), namun sangat jarang.


Tanpa diberi blau atau tinta cina di bawah telinga pasien, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam 7-10 hari. Benjolan di bawah telinga mungkin masih teraba keras yang tidak boleh diurut atau dipijat. Benjolan tersebut akan hilang sendiri secara berangsur-angsur. Pengobatan yang diberikan dokter bertujuan sama dengan pengobatan pada penyakit campak.

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 3

Pada bagian yang lalu telah dibahas mengenai penyakit difteria dan pertusis yang dapat dicegah dengan imunisasi. Topik selanjutnya yang akan diulas dalam tulisan ini adalah mengenai penyakit tetanus, polio, dan hepatitis B.


Tetanus


Penyakit yang disebabkan oleh kuman tetanus ini dapat terjadi pada semua usia. Kuman tersebut dapat menimbulkan infeksi pada tubuh kita melalui luka -terutama luka yang dalam dan kotor-, luka bakar yang berat, bekas potongan tali pusat bayi, dan telinga yang bernanah (congekan).


Gejala awal tetanus pada bayi berupa mulut yang terkancing, tidak mau menetek, dan biasanya disertai dengan demam (bisa demam ringan hingga demam tinggi). Kejang pada otot wajah membuat mulut bayi yang belum memiliki gigi seperti mencucu, mirip mulut ikan. Selanjutnya timbul kejang dan tubuh menjadi kaku hingga sulit bernapas. Sementara tetanus pada anak menimbulkan gejala yang bervariasi tergantung pada derajat penyakitnya. Mulai dari hanya kekakuan tanpa kejang yang berarti, misalnya kekakuan pada otot-otot mulut sehingga mulut sulit dibuka (trismus), hingga kekakuan pada tubuh dengan perut yang sangat keras seperti papan dan kejang berat yang timbul berulang, baik kejang yang terjadi spontan maupun dirangsang (oleh suara, cahaya, dan sebagainya).


Komplikasi yang dapat terjadi akibat tetanus adalah infeksi paru dan kejang yang sulit diatasi. Selain itu, dapat timbul kekurangan cairan dan makan akibat kekakuan otot-otot mulut yang menyebabkan penderita sulit untuk makan dan minum.



Polio


Virus polio ditularkan melalui air atau makanan yang tercemar dan biasanya menyerang bayi atau balita. Bayi atau anak yang terkena infeksi virus polio tidak selalu akan menjadi sakit dan mengalami kelumpuhan. Sebagian besar anak yang terinfeksi bahkan tidak bergejala atau hanya memberikan gejala yang tidak khas sehingga tidak didiagnosis sebagai polio dan disebut sebagai polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Pada sebagian kecil kasus, timbul gejala yang awalnya tidak khas berupa demam, nyeri otot, sakit kepala, kaku di leher dan punggung, serta dapat disertai diare dan muntah. Penderita tidak mau makan dan perasaannya terhadap sentuhan atau rabaan meningkat. Dalam beberapa hari kemudian timbul kelumpuhan pada tungkai, yang tidak simetris antara yang kanan dan yang kiri, sehingga disebut penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan.


Sebagian besar penderita penyakit polio akan sembuh, namun menimbulkan gejala sisa berupa kelumpuhan yang menetap pada jenis polio yang menyebabkan kelumpuhan.



Hepatitis B


Hepatitis B adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus ini ditularkan melalui kontak darah, jarum suntik, dan transfusi darah yang tercemar virus hepatitis B, serta melalui hubungan kelamin dan penularan dari ibu kepada janin pada saat di dalam rahim atau pada saat melahirkan.


Sebagian besar kasus infeksi hepatitis B tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, acapkali gejalanya tidak khas, berupa mual dengan atau tanpa muntah, tidak nafsu makan, nyeri perut, lesu, sakit kepala, nyeri pada sendi, dan timbul kuning pada badan atau mata dengan air seni yang berwarna gelap seperti air teh. Walaupun demikian, pada sebagian kecil kasus, dapat timbul penyakit hepatitis B yang berat hingga menimbulkan kematian.


Penyakit hepatitis B dapat menjadi menahun (kronik), sehingga meskipun tampaknya anak menjadi sehat kembali, proses peradangan masih berlangsung dalam sel-sel hati. Lama kelamaan, dalam kurun waktu belasan hingga puluhan tahun kemudian sejak terjadinya infeksi hepatitis B, hati menjadi mengkerut (sirosis hati) dan dapat berkembang menjadi kanker hati.

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 2

Penyakit-penyakit yang Bisa Dicegah dengan Imunisasi


Pada bagian yang lalu kita telah membicarakan berbagai hal mendasar mengenai imunisasi, yaitu mengapa seorang bayi dan anak memerlukan imunisasi, manfaat imunisasi yang tidak hanya bagi perseorangan namun juga bagi masyarakat secara luas, serta bagaimana kita harus bersikap ketika mendengar berita mengenai efek samping akibat imunisasi. Pada bagian kedua dari tulisan mengenai imunisasi ini, kita akan coba mengulas lebih mendalam tentang pelbagai jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.


Bukti-bukti menunjukkan bahwa imunisasi efektif menurunkan kejadian penyakit-penyakit infeksi, seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Data tersebut memang bukan data asli dari Indonesia melainkan dari Amerika Serikat, namun tentunya hal yang sama pula yang terjadi pada populasi di Indonesia bila menerapkan program imunisasi sesuai yang direkomendasikan.

































































Jenis penyakitJumlah kasus (tahun sebelum era imunisasi)Jumlah kasus pada tahun 2000 (setelah era imunisasi)Penurunan kejadian infeksi
Difteria206.939 (1921)2-99,99%
Campak (measles)894.134 (1941)63-99,99%
Gondongan (mumps)152.209 (1968)315-99,80%
Batuk rejan (pertusis)265.269 (1934)6755-97,73%
Polio21.269 (1952)0-100,0%
Campak jerman (rubella)57.686 (1969)152-99,84%
Tetanus1.560 (1923)26-98,44%
Haemophilus influenzae tipe B (HiB)~20.000 (1984)1.212-93,14
Hepatitis B26.611 (1985)6.646-75,03%


Difteria


Penyakit yang disebabkan oleh bakteri difteria ini memang jarang ditemukan lagi sekarang, terutama setelah difteria bersama-sama dengan pertusis (batuk rejan) dan tetanus (Diphteria-Pertussis-Tetanus, DPT), ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu imunisasi yang wajib bagi bayi dan balita. Walaupun demikian masih didapatkan beberapa kasus difteria yang dirawat di rumah sakit, terlebih konon akibat krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sekitar 10 tahun yang lalu menyebabkan jumlah anak yang diimunisasi DPT menjadi menurun.


Gejala seorang anak yang terkena infeksi difteria ini pada awalnya tidak khas, seperti demam (bisa demam ringan sampai demam tinggi) serta batuk-pilek. Bila sakit berlanjut, maka gejala menjadi lebih khas yaitu terjadi pembengkakan kelenjar di bawah rahang bawah, kanan dan kiri, yang dapat sangat besar, sehingga disebut mirip dengan leher banteng. Selain itu, kuman difteria akan menyebabkan reaksi radang di tenggorok yang membuat anak menjadi sulit bernapas (sesak). Bila sesak menjadi semakin hebat, maka dokter terpaksa membuat saluran napas buatan.


Komplikasi lain akibat infesi difteria ini adalah akibat menyebarnya sejenis racun yang dikeluarkan oleh kuman difteria ini ke peredaran darah dan jantung. Penyebaran racun ke peredaran darah akan menyebabkan tekanan darah akan turun secara drastis (syok) yang sangat sulit diatas, sementara komplikasi pada jantung (khususnya otot jantung) akan menyebabkan gangguan irama jantung yang dapat menimbulkan kematian.



Pertusis (batuk rejan)


Pertusis atau batuk rejan, atau bahasa sehari-hari sering disebut batuk seratus hari, adalah penyakit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak sampai usia remaja. Penyakit ini jarang ditemui pada orang dewasa. Sesuai dengan namanya, batuk seratus hari ini bergejala sebagai batuk yang berlangsung sangat lama; walaupun tidak sampai benar-benar 100 hari. Bila tidak berkomplikasi, biasanya penyakit ini akan sembuh tak bergejala dalam waktu sekitar 2 bulan.


Gejala awal penyakit ini serupa dengan gejala infeksi saluran napas pada umumnya, seperti batuk-pilek dan demam yang makin lama semakin memberat. Dalam waktu 2 minggu batuk akan terdengar khas, yakni batuk panjang, bunyinya seperti mengonggong, dan kering. Batuk yang panjang ini sampai membuat si sakit sampai terbongkok-bongkok, bahkan terkencing-kencing, diselingi tarikan napas yang berbunyi khas. Pada akhir tiap serangan batuk seringkali anak muntah, yang berisi sisa makanan disertai dengan keluarnya lendir.


Komplikasi yang dapat muncul akibat batuk rejan ini adalah radang paru atau pneumonia, yang bila terjadi akan makin membuat si anak menderita dan terancam hidupnya karena gejala batuk rejannya ditambah gejala radang paru.

Imunisasi pada Bayi dan Anak Part 1

Bagi Anda para orangtua yang telah memiliki anak, tentu istilah imunisasi sedemikian akrab di telinga Anda dan sebagian besar orangtua mungkin sudah mengerti apa itu imunisasi dan mengapa diperlukan oleh buah hati mereka. Namun, tidak sedikit juga yang masih belum banyak mengerti berbagai hal mengenai imunisasi dan selalu muncul berbagai pertanyaan, mulai dari apa pentingnya imunisasi sampai apakah benar bahwa imunisasi dapat membahayakan anak saya?


Tulisan ini tidak akan membahas imunisasi secara detail yang akan memberikan jawaban setiap pertanyaan para orangtua, namun sekilas memberikan gambaran mengenai imunisasi agar diperoleh pengertian dasar mengapa imunisasi diperlukan oleh anak kita serta menyikapi berbagai informasi mengenai efek samping akibat imunisasi.



Imunisasi mengurangi risiko terjadinya penyakit


Setiap anak, bahkan orang dewasa, selalu mempunyai risiko untuk terkena penyakit tertentu selama hidupnya. Risiko ini sangat berbeda antara satu invidu dengan individu lain, dan khusus untuk penyakit infeksi besar kecilnya risiko dipengaruhi oleh mikroorganisme penyebab sakit (bakteri/kuman, virus, jamur, parasit), kondisi tubuh manusia (daya tahan tubuh, keadaan gizi), dan faktor lingkungan. Jadi, sebenarnya banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya infeksi. Imunisasi merupakan salah satu upaya mengurangi risiko tersebut, yaitu dengan mengubah/meningkatkan sistem daya tahan tubuh manusia. Upaya-upaya untuk mengurangi risiko penyakit infeksi yang lain, seperti perbaikan gizi, kebersihan diri dan lingkungan, tentu juga harus dilakukan secara paralel (bersama-sama) dengan imunisasi ini.



Imunisasi bermanfaat untuk individu dan masyarakat luas


Program imunisasi selalu dikaitkan dengan kesehatan masyarakat secara luas, selain perlindungan terhadap individu yang diberi imunisasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa, perlindungan terhadap suatu penyakit yang dapat dicapai dengan imunisasi pada satu populasi tidak akan membuahkan hasil bila kurang dari 80% populasi yang berisiko tidak mendapatkan imunisasi. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah, melalui Departemen Kesehatan dan organisasi profesi dokter, selalu mengkampanyekan imunisasi yang bertujuan sebanyak-banyaknya kelompok berisiko (dalam hal ini anak-anak) mendapatkan imunisasi.


Logikanya, bila perlindungan terhadap masyarakat luas tidak dapat dicapai karena jumlah yang diimunisasi kurang dari yang diharapkan maka penyakit itu tetap ada dan mereka yang telah diimunisasi tetap memiliki risiko terkena penyakit tersebut, walaupun lebih rendah. Jadi dengan membawa anak Anda untuk diimunisasi, Anda telah memberikan kontribusi pada kesehatan masyarakat secara luas.



Benarkah imunisasi bukan tindakan yang aman dan dapat berakibat fatal?


Sebagai sebuah prosedur medis yang memasukkan benda asing ke dalam tubuh, baik dengan suntikan atau peroral, tak dapat dipungkiri bahwa imunisasi tidak terlepas dari adanya efek samping atau efek yang tidak diharapkan. Namun fakta dari seluruh tindakan imunisasi yang sudah dilakukan di seluruh dunia, kejadian efek samping atau efek yang tidak diharapkan itu, relatif kecil dan tidak bermakna. Efek samping yang paling sering akibat suntikan imunisasi adalah rasa nyeri dan sedikit bengkak di tempat suntikan (bukankan ini hal yang dapat dimengerti?) yang dalam beberapa hari akan hilang dengan sendirinya. Kadang-kadang dapat timbul demam ringan yang juga mudah diatasi dengan kompres atau obat penurun demam.


Memang pada kasus yang amat jarang, dilaporkan terjadi reaksi yang lebih hebat seperti reaksi alergi berat, demam tinggi, dan pada berbagai berita yang pernah kita dengar bahkan terjadi kecacatan dan kematian setelah tindakan imunisasi. Hal-hal seperti ini biasanya akan dibesar-besarkan sehingga membuat khawatir para orangtua, bahkan kadang-kadang akan membuat ragu dokter yang akan memberikan imunisasi. Tentu untuk hal-hal seperti ini kita harus bersikap bijak dan rasional. Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan ketika mendengar berita-berita seperti tadi:



  1. Bila mau jujur, kejadian efek samping yang berat akibat imunisasi secara kuantitatif jumlahnya sangat sedikit. Secara ilmiah, jumlah yang sangat sedikit tadi sangat sulit bila dikatakan berhubungan atau merupakan akibat langsung dari imunisasi.

  2. Jumlah kejadian efek samping yang sangat sedikit tadi bila dibandingkan manfaat yang akan diperoleh baik oleh individu yang diimunisasi maupun oleh masyarakat luas (seperti telah dijelaskan di atas), tentulah tidak sebanding.

  3. Saat ini teknologi informasi sudah sedemikian maju, informasi apapun dengan mudah kita dapatkan dari berbagai sumber. Jika timbul keraguan atau pertanyaan mengenai imunisasi, berbagai situs di internet baik dari dalam maupun luar negeri dapat memberikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

  4. Konsultasikan dan diskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan imunisasi dengan dokter Anda, bila perlu Anda berhak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter lain. Keputusan melakukan imunisasi pada anak Anda seharusnya didasarkan pada kelengkapan informasi yang Anda dapatkan.


Memiliki anak yang sehat dan terhindar dari berbagai penyakit merupakan dambaan setiap orangtua. Segala upaya tentunya harus dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, yang tentunya harus didasarkan pada pengetahuan yang cukup dan rasional. Menjaga gizi anak sehingga tercukupi dari hari ke hari sesuai kebutuhan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memberikan imunisasi merupakan hal-hal yang dapat dilakukan. Imunisasi merupakan upaya yang rasional untuk meningkatkan fungsi kekebalan seseorang terhadap penyakit dan bermanfaat pula untuk kesehatan masyarakat yang lebih luas. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa efek samping akibat imunisasi jarang terjadi, umumnya ringan, dan tidak membahayakan.