Pages

Rabu, 20 Juli 2011

12 Tips Pemberian Makanan Bayi

  1. Mulailah setelah bayi berumur 6 bulan. Mengingat besarnya manfaat air susu ibu (ASI), WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif hingga bayi Anda berumur 6 bulan. Namun demikian, jangan terlambat memberikan makanan padat kepadanya karena bila terlambat justru akan menghambat pertumbuhannya. Selain umur, indikasi lain bahwa bayi Anda sudah siap mendapatkan makanan padat adalah bila berat badannya sudah dua kali lipat berat lahirnya.
  2. Mulailah ketika bayi memperlihatkan minatnya dengan melihat reaksinya ketika menyaksikan anggota keluarga lain menyantap makanan. Bila dia meniru apa yang mereka lakukan, misalnya berusaha meraih sendok atau makanan, dia mungkin sudah siap mencoba “kebiasaan baru” tersebut. Anda juga bisa memulainya ketika dia merasa lebih cepat lapar atau tidak cukup kenyang lagi hanya dengan meminum susu.
  3. Mulailah dengan yang sederhana. Sampai dengan enam bulan pertama, bayi tidak pernah merasakan rasa lain kecuali cairan manis yang hangat. Mereka tidak mengenal rasa asin, gurih dan lainnya serta variasi suhu makanan. Mulailah dengan bubur susu tanpa tambahan zat padat apa pun.
  4. Mulailah dengan porsi kecil. Mulailah perlahan-lahan dengan porsi kecil sekali sehari. Porsi dua atau tiga sendok teh sudah cukup sebagai awalan. Anda perlu perhatikan juga apakah bayi Anda memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu atau apakah perutnya mengalami kesulitan mencerna.
  5. Berikanlah ketika bayi merasa lapar tetapi tidak terlalu lapar. Bila diberikan saat bayi terlalu lapar, bayi akan tidak sabar untuk mendapatkan makanan biasanya yang berbentuk ASI/susu formula. Pilihlah waktu yang nyaman di mana bayi tidak sedang kelaparan atau mengantuk.
  6. Berhentilah bila bayi sudah kenyang. Bila bayi sudah tidak mau makan lagi, jangan memaksa! Rutinitas makan haruslah dibuat sealamiah dan segembira mungkin. Ketahuilah kebiasaan makannya dan berikan waktu yang cukup baginya untuk menikmati makanan. Bila bayi Anda selalu memuntahkan kembali makanan, cobalah rasa lainnya. Berikan makanan secara bervariasi sesuai seleranya.
  7. Boleh memberikan air putih sebagai minuman disela pemberian makanan padat setelah bayi berusia sembilan atau sepuluh bulan.
  8. Jangan memberikan garam berlebihan pada makanan bayi di bawah usia satu tahun karena ginjalnya belum cukup berkembang untuk mengolah garam. Pemberian garam berlebihan pada bayi juga dapat meningkatkan risiko diabetes di usia dewasa.
  9. Pisang, tahu dan sayuran dapat diberikan sebagai campuran bubur susu, tetapi jangan memberikan daging dan ikan sampai bayi berumur di atas 8 bulan.
  10. Kenalkan makanan baru setiap dua atau tiga hari agar dapat diketahui penyebabnya bila ada reaksi alergi.
  11. Boleh memberikan jus buah yang diencerkan sesekali untuk mengenalkan rasa, tapi jangan terlalu sering. Terlalu banyak jus buah bisa berbahaya bagi lambung dan gigi bayi, selain mengurangi selera makan.
  12. Jangan memberikan madu pada bayi di bawah usia satu tahun. Madu dapat mengandung spora bakteri yang menyebabkan penyakit botulisme, penyakit langka yang hanya menyerang bayi dan menimbulkan gejala: sulit buang air, lemah, mudah menangis, kurang ekspresi dan gerakan kepala.

Seribu Manfaat Menyusui untuk Ibu dan Bayi

Tidak ada yang lebih alami daripada air susu ibu (ASI). ASI memiliki banyak keunggulan dan sangat direkomendasikan untuk bayi sampai usia dua tahun, enam bulan pertama secara eksklusif (tanpa makanan lain). ASI adalah makanan pertama yang terbaik untuk bayi Anda.

Manfaat menyusui bagi bayi

the breastfeeding Lady 1photo © 2007 Raphael Goetter | more info (via: Wylio)Beberapa manfaat menyusui bagi bayi:

  • Kolostrum (susu pertama di hari pertama) banyak mengandung zat kekebalan yang melindungi bayi terhadap penyakit dan infeksi.
  • Bayi yang diberi ASI lebih jarang menderita sakit. ASI terutama mengurangi risiko:
    • muntah, diare, gastroenteritis, sembelit kronis, kolik, dan gangguan perut lainnya.
    • usus buntu akut, artritis rematik, hernia inguinalis, stenosis pilorus, diabetes tipe I, alergi, asma dan eksim.
    • infeksi telinga, penyakit pernapasan, pneumonia, bronkitis, infeksi ginjal, septicaemia (keracunan darah).
    • SIDS (sindrom kematian bayi mendadak). Statistik menunjukkan bahwa untuk setiap 87 kematian akibat SIDS, hanya 3 pada bayi yang diberi ASI.
    • meningitis, botulisme, limfoma masa kanak-kanak dan penyakit Crohn.
    • kerusakan gigi (gigi berlubang).
    • penyakit jantung di kemudian hari.
  • Menyusui menyebabkan anak memiliki respon antibodi lebih baik terhadap vaksin.
  • ASI memiliki komposisi dan jumlah gizi yang paling sesuai untuk bayi. Komposisi ASI bervariasi sesuai dengan pertumbuhan individual bayi dan perubahan kebutuhan gizinya.
  • ASI mudah dicerna dan selalu memiliki suhu yang tepat.
  • ASI selalu steril, tidak memiliki kuman. Ada unsur dalam ASI yang menghancurkan E coli, salmonella, shigella, streptokokus, pneumokokus dan banyak lainnya.
  • Menyusui merangsang perkembangan rahang dan struktur wajah, pertumbuhan gigi yang tegak dan meningkatkan penglihatan.
  • Menyusui mengembangkan IQ lebih tinggi dan meningkatkan perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Keuntungan IQ akibat menyusui adalah 10-12 poin. Menyusui disebut sebagai trimester ke-4 dalam pertumbuhan dan perkembangan otak. Ada protein tertentu dalam ASI yang merangsang perkembangan otak bayi.
  • Menyusui menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak. Anak merasa memiliki tempat yang aman. Menyusui juga berperan penting dalam perkembangan emosional dan spiritual anak.

Manfaat menyusui bagi ibu

Selain baik untuk bayi, menyusui juga bermanfaat untuk ibu. Proses menyusui memberikan efek menguntungkan berikut bagi ibu:

  • Mengurangi risiko kanker payudara. Wanita yang menyusui mengurangi risiko terkena kanker payudara sebanyak 25 persen. Pengurangan risiko kanker terjadi proporsional dengan durasi menyusui kumulatif seumur hidup. Artinya, semakin banyak bulan atau tahun ibu menyusui, semakin rendah risikonya terkena kanker payudara.
  • Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen yang lebih rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua kanker itu menurun. Diduga penurunan estrogen menyebabkan berkurangnya rangsangan terhadap dinding rahim dan juga jaringan payudara, sehingga memperkecil risiko jaringan tersebut menjadi kanker.
  • Mengurangi osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki risiko empat kali lebih besar mengembangkan osteoporosis daripada wanita menyusui dan lebih mungkin menderita patah tulang pinggul di tahun-tahun setelah menopause.
  • Manfaat KB alami. Menyusui dapat mengakibatkan penundaan ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara waktu. Berapa lama seorang wanita kembali subur tergantung pada pola menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya sendiri.
  • Meningkatkan kesehatan emosional. Menyusui tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan bahwa ibu menyusui kurang menunjukkan kecemasan dan depresi postpartum daripada ibu yang memberikan susu formula.
  • Meningkatkan penurunan berat badan. Ibu menyusui menunjukkan lebih banyak penurunan lingkar pinggang dan massa lemak dalam satu bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu yang memberikan susu formula. Ibu menyusui cenderung kembali ke berat badan sebelum kehamilan.
  • Menyusui tidak perlu biaya. Pemberian susu formula bagi bayi dapat memerlukan biaya lebih dari Rp 5 juta setahun. Para ibu tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendapatkan ASI.
  • ASI selalu tersedia untuk diberikan. Menyusui bisa menghemat waktu untuk menyiapkan botol, menuangkan air, mencampur susu dan mensterilkan botol yang sudah dipakai .

Menyusui dapat dilakukan setiap wanita, namun tidak selalu berarti tanpa proses belajar. Setiap anak berbeda dan setiap ibu berbeda. Menyusui adalah keterampilan yang memerlukan proses belajar pada kedua belah pihak. Bagi beberapa ibu, proses belajarnya dapat sangat melelahkan dan membuat frustrasi. Namun, tetaplah bersabar menjalankannya mengingat manfaatnya yang sedemikian besar.

9 Tips Mencegah Pembusukan Gigi pada Anak-Anak

Pembusukan gigi atau dalam bahasa teknisnya disebut karies gigi dapat berdampak besar terhadap kepercayaan diri seorang anak dan menyebabkan masalah bagi gigi permanennya, karena gigi susu sangat penting dalam pengembangan gigi permanen. Gigi susu menyediakan ruang untuk gigi permanen, sehingga bila rusak maka gigi permanen dapat tumbuh tidak beraturan.

Sembilan tips berikut dapat mencegah pembusukan gigi pada anak-anak:

  1. Mulailah membersihkan gigi anak sejak gigi pertama tumbuh, biasanya pada umur 6 bulan. Pembersihan dilakukan setiap malam sebelum tidur. Semakin muda Anda memulai, semakin mudah untuk mengembangkan kebiasaan itu. Anda dapat menempatkan kepala anak Anda di pangkuan agar menyikat gigi lebih menyenangkan dan efektif.
    Bersihkan gusi dan gigi pertama bayi dengan kain kasa lembab atau sikat gigi kecil yang lembut. Untuk bayi dengan gigi lebih banyak, lumurkan sedikit pasta gigi anak-anak (sekitar sebutir beras) pada sikat gigi yang lembut.
  2. Jadwalkan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali. Jangan menunggu sampai gigi anak bermasalah. Pemeriksaan rutin membantu menjaga kesehatan mulut anak Anda. Biarkan anak menjadi akrab dengan dokter gigi dan jangan menanamkan rasa takut padanya seperti sebagian orang tua yang sering mengancam anak-anak akan mencabut gigi mereka jika tidak menyikat gigi atau terlalu sering makan permen.
  3. Pastikan anak menyikat gigi secara teratur dua kali sehari. Mulailah mengajarkan menyikat gigi ketika anak Anda sudah cukup besar, biasanya pada usia 2 tahun. Untuk memberi contoh, biarkan anak Anda melihat Anda sedang menyikat gigi. Anak-anak adalah peniru luar biasa dan tidak ada yang lebih baik dari orang tua dalam mencontohkan cara menyikat gigi kepada anak.
  4. Siapkan makan siang anak Anda dengan makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran dan keju yang mengandung banyak kalsium dan rendah asam dan gula. Hindari makanan manis yang lengket dan mudah terjebak dalam gigi seperti kismis, dodol, karamel dan lolipop.
  5. Karena bakteri penyebab kerusakan gigi dapat menular, jangan memasukkan sendok dan garpu ke mulut anak Anda jika sudah Anda pakai. Usahakan masing-masing anak memiliki sikat gigi sendiri.
  6. Ketika berbelanja, pastikan untuk menyertakan beberapa sikat gigi baru dalam daftar Anda. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan sekali. Pilih sikat gigi yang lembut dan kompak khusus untuk anak-anak.
  7. Cobalah untuk tidak menggunakan pasta gigi fluoride ketika anak masih kecil karena mereka mungkin menelan pasta gigi itu tanpa sengaja. Sering menelan pasta gigi yang mengandung fluoride dapat menyebabkan enamel fluorosis. Untuk anak yang lebih besar, pilih pasta gigi lembut dengan fluoride berkadar rendah sampai usia 7 tahun.
  8. Ganti gula dengan madu karena madu tidak kariogenik (menyebabkan karies gigi).
  9. Jangan memberikan susu, jus atau minuman manis saat anak akan tidur. Cairan itu akan terperangkap di bawah bibir atas anak dan dapat menyebabkan gigi depan atas mereka membusuk.

3 Tips Mudah Mengatasi Kelelahan

Kelelahan adalah keluhan yang sangat umum, dan biasanya disebabkan oleh gaya hidup. Seseorang merasa lelah karena banyak hal: tidur malam terlalu pendek, stres, bekerja keras, dll. Kelelahan juga disebabkan penyakit yang memerlukan diagnosis dan perawatan lebih lanjut, misalnya, penyakit jantung, sleep apnea (gangguan bernafas saat tidur), hipotiroidisme, anemia, diabetes atau bahkan kanker.

Dalam kebanyakan kasus, perawatan yang paling efektif untuk kelelahan adalah istirahat dan tidur yang cukup. Bila Anda masih merasa lelah meskipun sudah cukup istirahat dan tidur, beberapa perubahan gaya hidup berikut dalam rutinitas harian Anda mungkin juga membantu:

1. Berolah raga ringan di pagi hari.

Berolahraga adalah suatu keharusan. Anda mungkin selalu sibuk atau jadwal Anda terlalu padat sehingga tidak menyisakan waktu untuk berolah raga. Namun sebaiknya Anda setidaknya menyempatkan setengah jam untuk berolah raga di pagi hari. Solusi apa pun tidak dapat mengkompensasi hal ini. Tubuh kita perlu berolah raga agar tetap bugar.

Anda bisa melakukan jogging atau latihan kardiovaskular ringan, berlari, bermain bulu tangkis atau latihan beban. Pada awalnya Anda mungkin merasa sedikit lelah tetapi setelah tubuh Anda terbiasa Anda akan merasa segar dan penuh energi. Sepanjang hari Anda akan berjalan lancar. Anda akan menjadi orang yang enerjik.

2. Sinar matahari.

Daripada meringkuk di tempat tidur sampai menit terakhir dan buru-buru menyiapkan diri untuk bekerja, sebaiknya Anda berjalan-jalan selama beberapa menit di luar rumah. Sinar matahari pagi akan membantu membuka pori-pori tubuh Anda dan membuat diri Anda lebih waspada dan aktif. Anda akan penuh energi dan vitalitas.

3. Sarapan.

Dalam hidup serba cepat saat ini, kita memiliki sedikit waktu luang. Kita begitu ditekan oleh waktu sehingga sering melewatkan sarapan. Untuk tetap aktif dan enerjik sepanjang hari, Anda harus menyantap sarapan sehat di pagi hari.

Jika Anda melewatkan sarapan dan hanya memakan kudapan kecil di antara pekerjaan Anda, Anda sedang mengembangkan kebiasaan buruk yang tidak hanya menyebabkan kelelahan tetapi juga menimbulkan banyak masalah kesehatan. Sarapan merupakan makanan terpenting bagi kita semua.

Sesuaikan rutinitas harian Anda sehingga Anda memiliki cukup waktu untuk sarapan. Pastikan Anda tidak memakan makanan yang digoreng dan berat saat sarapan Anda. Pilihlah makanan kaya karbohidrat, protein dan serat seperti roti, bubur, buah-buahan, susu, telur dll.

7 Kebiasaan Makan Yang Memudahkan Pencernaan

Cara makan yang baik sangat berperan dalam memudahkan pencernaan dan mencegah gangguan pencernaan seperti sembelit, mulas dan kembung.

Berikut adalah 7 tips cara makan yang baik bagi pencernaan:

1. Sebarkan waktu makan

Perut yang kosong menimbulkan nyeri dan kembung. Oleh karena itu, Anda perlu menyebar waktu makan Anda menjadi 3 kali makan besar dan 2 makan ringan per hari.

2. Makan perlahan-lahan

Bila kita makan makanan terlalu cepat, perut bekerja lebih berat karena makanan tidak mendapatkan enzim pencernaan yang cukup dari ludah. Pencernaan sebenarnya dimulai di mulut Anda dan kemudian berlanjut di usus kecil Anda. Saat Anda mengunyah, perut Anda akan dikirimi pesan tentang makanan apa yang sedang dalam perjalanan sehingga dapat menyiapkan enzim yang benar. Jadi, makan perlahan-lahan dan mengunyah dengan benar meringankan proses pencernaan Anda.

3. Jangan minum terlalu banyak selama makan

Minum sambil makan tidaklah dilarang. Namun, minum yang berlebihan membuat cairan lambung mengencer dan kehilangan kekuatannya. Akibatnya, makanan menjadi lebih sulit dicerna.

4. Hindari makanan dan minuman yang dingin

Anda sebaiknya menghindari minuman dan makanan yang sangat dingin atau beku. Makanan dan minuman yang sangat dingin menyebabkan kontraksi pilorus, katup yang memisahkan lambung dengan duodenum, sehingga memperlambat pergerakan makanan yang dicerna. Selain itu, lambung akan bekerja ekstra untuk menghangatkan makanan, sehingga makanan lebih lama tinggal di lambung.

5. Jangan makan terlalu banyak lemak

Makanan yang terlalu banyak lemak dan minyak harus dihindari karena meningkatkan beban kerja pencernaan. Kurangilah goreng-gorengan dan gantilah dengan makanan yang dikukus atau direbus.

6. Jangan makan terlalu manis

Makanan yang sangat manis menyebabkan hipersekresi cairan lambung yang dapat membuat nyeri atau kembung pada perut sensitif.

7. Makanlah buah sebelum makan besar

Para ahli menyarankan agar memakan buah-buahan saat perut masih kosong, setidaknya 20 menit sebelum makan besar. Buah-buahan mengandung gula sederhana yang mudah dicerna dan membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk dicerna. Makanan lain yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna dan akan tinggal di lambung untuk jangka waktu yang lama.

Jadi, jika kita makan buah setelah makan besar, buah akan bercampur dengan apa yang kita makan sebelumnya. Hal ini menyebabkan buah terfermentasi, kehilangan nilai gizinya dan bahkan membusuk saat menunggu untuk dicerna bersama-sama makanan lainnya. Selain itu, proses fermentasi juga dapat menghasilkan gas yang membuat perut jadi kembung.

Mencegah Obesitas dengan Pola Makan yang Baik

Jenis dan kuantitas makanan berdampak langsung pada berat badan kita. Siapa pun yang makan melebihi kebutuhan kalori akan mendapati berat badannya meningkat. Melakukan kebiasaan makan yang baik dan memilih makanan yang sehat dapat mencegah obesitas dan konsekuensi kesehatan yang terkait.

1. Lemak dan serat makanan

low fat, low carb photo © 2008 dana robinson | more info (via: Wylio)Komposisi asam lemak dan kandungan serat makanan memengaruhi berat badan dan lemak darah Anda. Diet yang sehat harus kaya akan asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak omega-3. Asam lemak tak jenuh tunggal adalah jenis lemak yang ditemukan dalam berbagai makanan dan minyak. Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan kaya lemak tak jenuh tunggal menurunkan kadar kolesterol darah, sehingga mengurangi risiko penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa asam lemak ini dapat memperbaiki kadar insulin dan kontrol gula darah, yang sangat membantu jika Anda memiliki diabetes tipe-2. Asam lemak tak jenuh tunggal ditemukan dalam minyak zaitun, kacang-kacangan, alpukat, dan kanola. Asam lemak omega-3 ditemukan pada ikan berminyak. Serat dapat diperoleh dari buah, biji-bijian dan sayuran.

Penting bagi Anda untuk memerhatikan kandungan lemak dari makanan. Secara keseluruhan sebaiknya Anda tidak mengonsumsi lebih dari 60 gram lemak per hari.

2. Buah dan sayuran

Buah-buahan dan sayuran adalah sumber vitamin dan mineral, selain dapat membuat kita merasa kenyang tanpa harus memasukkan banyak kalori. Konsumsi yang direkomendasikan adalah tiga porsi sayuran dan dua porsi buah setiap hari: sekitar 600 gram. Lebih banyak lebih baik dan tidak akan merugikan kesehatan Anda.

3. Lima kali per hari

Untuk alasan kesehatan, sebaiknya Anda menyebarkan asupan kalori Anda dalam lima porsi per hari. Penyebarannya adalah 25% untuk sarapan dan makan malam (500 kkal), 30% untuk makan siang (600 kkal) dan makanan ringan dua kali dengan total asupan energi 10% sisanya (200 kkal).

4. Mengunyah dengan sempurna

Untuk menemukan jumlah makanan yang tepat, Anda perlu mengenali kapan Anda merasa kenyang. Oleh karena itu, Anda harus meluangkan waktu untuk makan. Kunyahlah makanan dengan baik (sekitar 20 kali setiap suapan), ambillah jeda untuk merasakan bila Anda sudah kenyang.

Senin, 18 Juli 2011

Cara melakukan palpasi

Palpasi
Selama palpasi, perawat menyentuh tubuh untuk merasakan denyutan dan getaran, untuk mencari struktur tubuh ( terutama dalam abdomen). dan untuk mengkaji ciri-ciri, seperti ukuran, tekstur, kehangatan, mobilitas, dan nyeri tekan. Palpasi memungkinkan kita untuk mendeteksi nadi, kekakuan otot, pembesaran limfe nodus, kekeringan kulit dan rambut, nyeri tekan organ atau pembengkakan payudara dan mengukur naik turunnya dada setiap kali pernapasan.


Biasanya, palpasi dilakukan setelah inspeksi sebagai teknik pengkajian fisik yang kedua. Sebagai contoh, jika terdapat ruam-ruaa pada inspeksi, perawat menentukan melalui palpasi apakah ruam-ruam tersebut permukaannya meninggi atau terasa nyeri atau hangat. Tetapi selama pengkajian abdomen atau sistem urinarius, palpasi harus dilakukan di akhir pemeriksaan untuk menghindari menyebabkan klien merasa tidak nyaman dan menstimulasi peristaltik (kontraksi otot yang halus yang mendorong makanan melewati saluran GI, empedu melewati duktus empedu, dan urin melewati ureter).

Untuk melakukan pengkajian yang menyeluruh, perawat perlu menguasai beberapa teknik palpasi yang digambarkan di sini. Palpasi ringan melibatkan penggunaan ujung jari dan bantalan jari untuk memberi tekanan ringan pada permukaan kulit. Ballotemen, bentuk lain dari palpasi ringan, melibatkan tekanan yang halus, berulang dan kuat pada jaringan dengan menggunakan tangan (seperti mendribel bola kecil dengan perlahan) untuk mengkaji letak atau struktur tubuh yang hanya menempel sebagian. Palpasi dalam membutuhkan penggunaan kedua tangan dan tekanan yang lebih besar.

Penggunaan tangan dalam palpasi
Untuk meningkatkan teknik palpasi, perawat dapat mengambil keuntungan dari sensitivitas taktil yang spesifik pada setiap bagian tangan. Ujung dan bantalan Jari dapat membedakan tekstur dan bentuk dengan sangat balk. Bagian belakang atau permukaan dorsal tangan dapat merasakan kehangatan dengan sangat baik. Permukaan ulnar, bola tangan (di bagian dasar jari di sisi telapak tangan) adalah bagian terbaik yang dapat merasakan getaran (getaran halus di atas prekordium) dan fremitus (vibrasi di atas dinding dada) dan juga vibrasi suara yang melewati dinding dada. Ibu jari dan jari telunjuk dapat mengkaji tekstur rambut, memegang jaringan dan merasakan pembesaran limfe nodus dengan sangat baik. Bantalan jari yang rata dapat digunakan untuk mempalpasi jaringan lunak, merasakan krepitus (bunyi berderik) sendi, dan pemeriksaan ringan pada abdomen. Satu jari atau ujung kuku dapat memberi usapan pada kulit ketika berusaha untuk mendapatkan kremasterik (retraksi testis) atau refleks abdomen pada pemeriksaan neurologi. Seluruh tangan dapat menguji kekuatan genggaman tangan.

Palpasi ringan
Untuk melakukan palpasi ringan, tekan kulit dengan perlahan sedalam 1 sampai 2 cm. Jika mungkin gunakan sentuhan yang paling ringan; tekanan yang terlalu besar dapat menumpulkan sensitivitas Anda. Tutup mata untuk berkonsentrasi pada apa yang jari Anda rasakan.

Palpasi dalam
Untuk melakukan palpasi dalam, tingkatkan tekanan pada ujung jari Anda, tekan kulit sedalam kira-kira 4 cm. Letakkan tangan Anda yang lain di atas tangan yang melakukan palpasi untuk mengendalikan dan memandu gerakan Anda. Untuk melakukan variasi palpasi dalam yang memungkinkan penunjukan yang tepat pada area yang terinflamasi, tekan dengan tegas dengan satu tangan, kemudian angkat tangan Anda menjauh dengan cepat. Jika klien mengeluh adanya peningkatan nyeri pada saat Anda melepas tekanan, Anda telah mengidentifikasi nyeri tekan yang memantul. (Jika Anda mendapati adanya nyeri tekan yang memantul ketika memeriksa abdomen, maka klien dicurigai menderita peritonitis).

Gunakan kedua tangan (palpasi bimanual) untuk menjangkau organ-organ yang berada di dalam, tersembunyi dan sulit untuk dipalpasi (seperti ginjal atau limpa) atau untuk menyesuaikan atau menstabilkan organ (seperti uterus) dengan satu tangan dan mempalpasinya dengan tangan yang lain.

Balotemen ringan
Untuk melakukan balotemen ringan, beri tekanan yang ringan dan cepat pada abdomen klien dad kuadran ke kuadran. Letakkan tangan Anda letup di permukaan kulit untuk mendeteksi adanya pantulan jaringan.

Balotemen dalam
Untuk melakukan balotemen dalam, berikan tekanan dalam yang tiba-tiba; kemudian lepaskan tekanan, tetapi ujung jari tetap menempel pada kulit.

Kehamilan Dengan Asma Bronkhial

Definisi asma
The American Thoracic Society (1962):
adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil suatu pengobatan.

Gibbs dkk (1992)
mendefinisikan sebagai suatu gangguan inflamasi kronik pada saluran napas yang banyak diperankan oleh terutama sel mast dan eosinofil.


Asma bronkiale merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan, diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Turner et al dalam suatu penelitian yang melibatkan 1054 wanita hamil yang menderita asma menemukan bahwa 29% kasus membaik dengan terjadinya kehamilan, 49% kasus tetap seperti sebelum terjadinya kehamilan, dan 22% kasus memburuk dengan bertambahnya umur kehamilan. Sekitar 60% wanita hamil yang mendapat serangan asma dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik. Sekitar 10% akan mengalami eksaserbasi pada persalinan. Mabie dkk (1992) melaporkan peningkatan 18 kali lipat resiko eksaserbasi pada persalinan dengan seksio sesarea dibandingkan dengan pervaginam.

Asma bronkiale merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kepekaan saluran trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan. Pada serangan asma terjadi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan peningkatan sekresi saluran nafas, yang dapat hilang secara spontan atau dengan pengobatan.

Gejala klinik yang klasik berupa batuk, sesak nafas, dan mengi (wheezing), serta bisa juga disertai nyeri dada. Serangan asma umumnya berlangsung singkat dan akan berakhir dalam beberapa menit sampai jam, dan setelah itu penderita kelihatan sembuh secara klinis. Pada sebagian kecil kasus terjadi keadaan yang berat, yang mana penderita tidak memberikan respon terhadap terapi (obat agonis beta dan teofilin), hal ini disebut status asmatikus.

Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.

Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur, dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Angka kesakitan dan kematian perinatal tergantung dari tingkat penanganan asma. Gordon et al menemukan bahwa angka kematian perinatal meningkat 2 kali lipat pada kehamilan dengan asma dibandingkan kontrol, akan tetapi dengan penanganan penderita dengan baik, angka kesakitan dan kematian perinatal dapat ditekan mendekati angka populasi normal.

SISTEM PERNAFASAN SELAMA KEHAMILAN

Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan yang disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor mekanik. Perubahan-perubahan ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus.

Selama kehamilan kapasitas vital pernapasan tetap sama dengan kapasitas sebelum hamil yaitu 3200 cc, akan tetapi terjadi peningkatan volume tidal dari 450 cc menjadi 600 cc, yang menyebabkan terjadinya peningkatan ventilasi permenit selama kehamilan antara 19-50 %. Peningkatan volume tidal ini diduga disebabkan oleh efek progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernapasan terhadap karbondioksida.
Dari faktor mekanis, terjadinya peningkatan diafragma terutama setelah pertengahan kedua kehamilan akibat membesarnya janin, menyebabkan turunnya kapasitas residu fungsional, yang merupakan volume udara yang tidak digunakan dalam paru, sebesar 20%. Selama kehamilan normal terjadi penurunan resistensi saluran napas sebesar 50%.

Perubahan-perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kimia dan gas darah. Karena meningkatnya ventilasi maka terjadi penurunan pCO2 menjadi 30 mm Hg, sedangkan pO2 tetap berkisar dari 90-106 mmHg, sebagai penurunan pCO2 akan terjadi mekanisme sekunder ginjal untuk mengurangi plasma bikarbonat menjadi 18-22 mEq/L, sehingga pH darah tidak mengalami perubahan.

Secara anatomi terjadi peningkatan sudut subkostal dari 68,5 – 103,5 selama kehamilan. Perubahan fisik ini disebabkan karena elevasi diafragma sekitar 4 cm dan peningkatan diameter tranversal dada maksimal sebesar 2 cm. Adanya perubahan-perubahan ini menyebabkan perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama kehamilan.
Laju basal metabolisme meningkat selama kehamilan seperti terbukti oleh peningkatan konsumsi oksigen. Selama melahirkan, konsumsi O2 dapat meningkat 20-25 %. Bila fungsi paru terganggu karena penyakit paru, kemampuan untuk meningkatkan konsumsi oksigen terbatas dan mungkin tidak cukup untuk mendukung partus normal, sebagai konsekuensi fetal distress dapat terjadi.

PATOFISIOLOGI
Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut. Meskipun asma secara primer dianggap sebagai penyakit saluran pernapasan, sebenarnya semua aspek fungsi pernapasan terpengaruh pada suatu serangan akut, sebagai tambahan pada beberapa penderita juga dijumpai adanya hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan pada elektrokardiografi.

Timbulnya serangan asma disebabkan terjadinya reaksi antigen antibodi pada permukaan sel mast paru, yang akan diikuti dengan pelepasan berbagai mediator kimia untuk reaksi hipersentifitas cepat. Terlepasnya mediator-mediator ini menimbulkan efek langsung cepat pada otot polos saluran nafas dan permiabilitas kapiler bronkus. Mediator yang dilepaskan meliputi bradikinin, leukotrien C,D,E, prostaglandin PGG2, PGD2a, PGD2, dan tromboksan A2. Mediator-mediator ini menimbulkan reaksi peradangan dengan bronkokonstriksi, kongesti vaskuler dan timbulnya edema, di samping kemampuan mediator-mediator ini untuk menimbulkan bronkokontriksi, leukotrien juga meningkatkan sekresi mukus dan menyebabkan terganggunya mekanisme transpor mukosilia.

Pada asma dengan kausa non alergenik terjadinya bronkokontriksi tampaknya diperantarai oleh perubahan aktifitas eferen vagal yang mana terjadi ketidak seimbangan antara tonus simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis dengan reseptor beta-2 menimbulkan bronkodilatasi, sedangkan saraf parasimpatis menimbulkan bronkokontriksi.

GAMBARAN KLINIS
Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengi (wheezing) dan pada sebagian penderita disertai rasa nyeri di dada. Tetapi ada yang hanya disertai batuk tanpa sesak.
Dengan demikian ada derajat asma :
  1. Tingkat pertama : secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada faktor pencetus.
  2. Tingkat kedua : penderita asma tidak mengeluh dan pada pemeriksaan fisik tanpa kelainan tetapi fungsi parunya menunjukkan obstruksi jalan nafas. Disini banyak ditemukan pada penderita yang baru sembuh dari serangan asma
  3. Tingkat ketiga : penderita tidak ada keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun maupun fungsi paru menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
  4. Tingkat keempat : penderita mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas berbunyi.Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan dijumpai tanda-tanda obstruksi jalan napas.
  5. Tingkat kelima : adalah status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat medik berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap pengobatan yang biasa dipakai.

Scoggin membagi perjalanan klinis asma sebagai berikut :

1. Asma akut intermiten :
Diluar serangan, tidak ada gejala sama sekali. Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam status asmatikus dan dalam pengobatannya sangat jarang memerlukan kortikosteroid.

Faktor-faktor yang mencetuskan serangan sering berupa :
a. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus.
b. Kegiatan jasmani (exercises induced ashtma)
c. Lingkungan pekerjaan (occupational asthma)
d. Obat-obat (drug induced asthma)
e. Tidak jelas

2. Asma akut dan status asmatikus:
Serangan asma dapat demikian beratnya sehingga penderita segera mencari pertolongan. Bila serangan asma akut tidak dapat diatasi dengan obat-obat adrenergik beta dan teofilin disebut status asmatikus.

3. Asma kronik persisten (asma kronik):
Pada asma kronik selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan napas, sehingga diperlukan pengobatan yang terus menerus. Hal tersebut disebabkan oleh karena saluran nafas penderita terlalu sensitif selain adanya faktor pencetus yang terus-menerus.

PENGARUH PERUBAHAN HORMONAL SELAMA KEHAMILAN
Keadaan hormonal selama kehamilan sangat berbeda dengan keadaan tidak hamil dan mengalami perubahan selama perjalanan kehamilan. Perubahan-perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap fungsi paru. Progesteron tampaknya memberikan pengaruh awal dengan meningkatkan sensitifitas terhadap CO2, yang menyebabkan terjadinya hiperventilasi ringan, yang bisa disebut sebagai dispnea selama kehamilan. Lebih lanjut dapat dilihat adanya efek relaksasi otot polos. Pengaruh total progesteron selama kehamilan karena peningkatannya yang mencapai 50-100 kali dari keadaan tidak hamil, masih diperdebatkan dengan adanya berbagai temuan klinis yang terbuka diperdebatkan.

Selama kehamilan kadar estrogen meningkat, dan terdapat data-data yang menunjukkan bahwa peningkatan ini menyebabkan menurunnya kapasitas difusi pada jalinan kapiler karena meningkatnya jumlah sekresi asam mukopolisakarida perikapiler. Estrogen memberikan pengaruh terhadap asma selama kehamilan.dengan menurunkan klirens metabolik glukokortikoid sehingga terjadi peningkatan kadar kortisol. Estrogen juga mempotensiasi relaksasi bronkial yang diinduksi oleh isoproterenol.

Kadar kortisol bebas plasma meningkat selama kehamilan, demikian pula kadar total kortisol plasma. Peningkatan kadar kortisol ini seharusnya memberikan perbaikan terhadap keadaan penderita asma, akan tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Tampaknya beberapa wanita hamil refrakter terhadap kortisol meskipun terjadi peningkatan kadar dalam serum 2-3 kali lipat. Hal ini mungkin disebabkan terjadinya kompetisi pada reseptor glukoortikoid oleh progesteron, deoksikortikosteron dan aldosteron yang semuanya meningkat selama kehamilan.
Semua tipe prostaglandin meningkat dalam serum maternal selama kehamilan, terutama menjelang persalinan aterm. Meskipun dijumpai adanya peningkatan kadar matabolit prostalandin PGF 2x yang merupakan suatu bronkokonstriktor kuat, dalam serum sebesar 10%-30%, hal ini tidak selalu memberikan pengaruh buruk pada penderita asma selama persalinan.

Pada jaringan janin ditemukan histamin dalam konsentrasi tinggi. Sebagai respon terhadap stimulus ini maka plasenta menghasilkan histaminase (diaminoksidase) dalam jumlah besar mencapai 1000 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak hamil. Penelitian dewasa ini belum membuktikan perubahan biokkimiawi ini dengan pengaruh klinik yang ditimbulkannya.

DIAGNOSIS ASMA BRONKIALE
Diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik seperti sesak nafas, batuk dan mengi. Serangan asma dapat timbul berulang-ulang dengan masa remisi diantaranya. Serangan dapat cepat hilang dengan pengobatan, tetapi kadang-kadang dapat pula menjadi kronik sehingga keluhan berlangsung terus menerus.

Adanya riwayat asma sebelumnya, riwayat penyakit alergik seperti rinitis alergik, dan keluarga yang menderita penyakit alergik, dapat memperkuat dugaan penyakit asma. Selain hal-hal di atas, pada anamnesa perlu ditanyakan mengenai faktor pencetus serangan.
Penemuan pada pemerikasaan fisik penderita asma tergantung dari derajat obstruksi jalan nafas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, takikardi, pernapasan cepat sampai sianosis dapat dijumpai pada penderita asma dalam serangan. Dalam praktek tidak sering ditemukan kesulitan dalam menegakkan diagnosis asma, tetapi banyak pula penderita yang bukan asma menimbulkan mengi sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang penting dalam asma adalah sebagai berikut :
  1. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversibel.
  2. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak > 20% menunjukkan diagnosis asma. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis, tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
  3. Tes provokasi bronkial untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus. Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus harus dilakukan tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin bahkan inhalasi dengan aquadestilata. Penurunan FEV1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi adalah bermakna.
  4. Pemeriksaan tes kulit
  5. Tujuan tes kulit yaitu menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh. Tes ini hanya menyokong anamnesa, karena alergen yang menunjukkann tes kulit yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma; sebaliknya tes kulit yang negatif tidak selalu berarti tidak ada faktor kerentanan kulit.
  6. Pemerikasaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam serum.
  7. Kegunaan pemeriksaan IgE total tidak banyak dan hanya untuk menyokong adanya penyakit atopi.
  8. Pemerikasaan radiologi
  9. Pada umumnya pemeriksaan foto dada penderita asma adalah normal. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila ada kecurigaan proses patalogik di paru atau komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis dll.
  10. Analisa gas darah
  11. Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat. Pada keadaan tersebut dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis respiratorik.
  12. Pemeriksaan eosinofi dalam darah
  13. Pada penderita asma jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Selain dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortkosteroid yang diperlukan penderita asma, jumlah eosinofil total dalam darah dapat membantu untuk membedakan asma dari bronkitis kronik.
  14. Pemeriksaan sputum: disamping untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot, spiral Churschmann.

PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP ASMA
Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat disuga. Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil, bisa memberi kesan memperberat keadaan asma.

Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, tampaknya akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan.

Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh. Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginam.

PENGARUH ASMA TERHADAP KEHAMILAN
Pengaruh asma terhadap kehamilan bervariasi tergantung derajat berat ringannya asma tersebut. Asma terutama jika berat bisa secara bermakna mempengaruhi hasil akhir kehamilan, beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidensi abortus, elahiran prematur, janin dengan berat badan lahir rendah, dan hipoksia neonatus. Beratnya derajat serangan asma sangat mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara fungsi paru ibu dengan berat lahir janin. Angka kematian perinatal meningkat dua kali lipat pada wanita hamil dengan asma dibandingkan kelompok kontrol.

Asma berat yang tidak terkontrol juga menimbulkan resiko bagi ibu, kematian ibu biasanya dihubungkan dengan terjadinya status asmatikus, dan komplikasi yang mengancam jiwa seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung, serta kelemahan otot dengan gagal nafas. Angka kematian menjadi lebih dari 40% jika penderita memerlukan ventilasi mekanik.

Asma dalam kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya sedikit peningkatan insidensi preeklampsia ringan, dan hipoglikemia pada janin, terutama pada ibu yang menderita asma berat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penanganan penderita secara intensif, akan mengurangi serangan akut dan status asmatikus, sehingga hasil akhir kehamilan dan persalinan dapat lebih baik.


PENANGANAN ASMA SELAMA KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Dasar-dasar Penanganan
Penanganan penderita asma selama kehamilan bertujuan untuk menjaga ibu hamil sedapat mungkin bebas dari gejala asma, walauoun demikian eksaserbasi akut selalu tak dapat dihindari.

Pengobatan yang harus diusahakan adalah :
  1. Menghindari terjadinya gangguan pernapasan melalui pendidikan terhadap penderita, menghindari pemaparan terhadap alergen, dan mengobati gejala awal secara tepat.
  2. Menghindari terjadinya perawatan di unit gawat darurat karena kesulitan pernapasan atau status asmatikus, dengan melakukan intervensi secara awal dan intensif.
  3. Mencapai suatu persalinan aterm dengan bayi yang sehat, di samping melindungi keselamatan ibu.
  4. Dalam penanganan penderita asma diperlukan individualisasi penanganan, karena penanganan suatu kasus mungkin berbeda dengan kasus asma yang lain, dalam memulai suatu perawatan obstetri terhadap wanita hamil dengan asma perlu diperhatikan beberapa prinsip tertentu yaitu :
  5. Mendeteksi dan mengeliminasi faktor pemicu timbulnya serangan asma pada penderita tertentu.
  6. Menghentikan merokok, baik untuk alasan obstetrik maupun pulmonal
  7. Mendeteksi dan mengatasi secara awal jika diduga adanya infeksi pada saluran nafas, seperti bronkitis, sinusitis.
  8. Pembahasan antara ahli kebidanan dan ahli paru, untuk mengetahui masalah-masalah yang potensial dapat timbul, rencana penanganan umum termasuk penggunaan obat-obatan.
  9. Pertimbangan untuk mengurangi dosis pengobatan, tetapi masih dalam kerangka respon pengobatan yang baik.
  10. Melakukan penelitian fungsi paru dasar, juga penentuan gas darah khususnya pada penderita asma berat.

Obat-obat anti asma yang sering digunakan
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan asma secara garis besar dapat dibagi dalam 5 kelompok utama yaitu beta adrenergik, methylxanthine, glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti kolinergik, di samping itu terdapat obat-obat lain yang sering digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita asma seperti ekspektoran dan antibiotik.

1. Beta adrenergik agonis
Dalam golongan ini epinefrin merupakan obat yang paling sering digunakan.
Epinefrin menstimulasi reseptor beta-2 menyebabkan bronkodilatasi, tetapi juga menstimulasi reseptor alfa dan beta-1 yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi perifer dan takikardia baik pada ibu maupun janin, juga menyebabkan fetal distres, ini merupakan kelemahan teoritis penggunaan epinefrin dalam kehamilan, untungnya epinefrin mempunyai waktu paruh pendek dan belum ada laporan yang menunjukkan adanya efek jangka panjang terhadap janin pada penggunaannya dalam kehamilan.
Terbutalin merupakan beta agonis yang sering digunakan untuk terapi tokolitik pada persalinan prematur. Dalam pengobatan asma dosisnya sebaiknya dikurangi pada saat mendekati aterm, meskipun tidak terdapat laporan yang menunjukkan adanya penundaan bermakna dalam onset persalinan normal, bila obat ini digunakan sebagai terapi inti asma standar.

2. Methylxanthine (Teofilin)
Teofilin dengan berbagai garamnya termasuk dalam golongan ini. Mekanisme teofilin menimbulkan bronkodilatasi tidak jelas, diduga melalui inhibisi kompetitif terhadap enzim fosfodiesterase, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar siklik AMP karena degradasinya yang menurun. Aminofilin merupakan suatu garam dietileniamin dari teofilin dan merupakan satu-satunya obat golongan xanthin yang dapat diberikan secara parenteral

3. Glukokortikoid
Kortikosteroid digunakan sejak lama untuk pengobatan asma. Kortikosteroid bukan merupakan bronkodilator, tetapi bermanfaat dalam mengarungi inflamasi pada saluran napas. Umumnya disepakati memberikan steroid seawal mungkin pada penderita dengan serangan asma akut berat. Pemakaian kortikosteroid selama kehamilan tidak menyebabkan meningkatnya resiko komplikasi baik pada janin maupun ibu.

4. Cromolyn Sodium
Cromolyn sodium bukan merupakan bronkodilator, efek terapeutik utamanya adalah inhibisi terhadap degranulasi sel mast, sehingga mencegah terjadinya pelepasan mediator kimia untuk reaksi anafilaksis. Cromolyn berguna baik untuk asma alergik maupun non alergik.

5. Anti Kolinergik
Obat antikolenergik seperti atropin sulfat dapat memberikan efek bronkodilatasi ada penderita asma, tetapi penggunaannya menjadi terbatas karena efek samping yang tidak diinginkan. Golongan antikolinergik yang lebih sering digunakan adalah ipratropium bromida, terbukti efektif dan kurang menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Efek penggunaan obat anti asma dalam kehamilan terhadap janin Umumnya obat-obat anti asma yang biasanya dipergunakan relatif aman penggunaannya selama kehamilan, jarang dijumpai adanya efek teratogenik pada janin akibat penggunaan obat anti asma.

Penanganan asma kronik pada kehamilan
Dalam penanganan penderita asma dengan kehamilan, dan tidak dalam serangan akut, diperlukan adanya kerja sama yang baik antara ahli kebidanan dan ahli paru. Usaha-usaha melalui edukasi terhadap penderita dan intervensi melalui pengobatan dilakukan untuk menghindari timbulnya serangan asma yang berat.

Adapun usaha penanganan penderita asma kronik meliputi :
  1. Bantuan psikologik menenangkan penderita bahwa kehamilannya tidak akan memperburuk perjalanan klinis penyakit, karena keadaan gelisah dan stres dapat memacu timbulnya serangan asma.
  2. Menghindari alergen yang telah diketahui dapat menimbulkan serangan asma
  3. Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama kehamilan tanpa adanya peningkatan resiko terjadinya prematuritas, toksemia, abortus, kematian neonatus, dan malformasi kongenital, akan tetapi efek terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.
  4. Diberikan dosis teofilin per oral sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma antara 10-22 mikrogram/ml, biasa dosis oral berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam.
  5. Dosis oral teofilin ini sangat bervariasi antara penderita yang satu dengan yang lainnya.
  6. Jika diperlukan dapat diberikan terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta agonis lainnya.
  7. Tambahkan kortikosteroid oral, jika pengobatan masih belum adekuat gunakan prednison dengan dosis sekecil mungkin.
  8. Pertimbangan antibiotika profilaksis pada kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas.
  9. Cromolyn sodium dapat dipergunakan untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan dosis 20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.

Penanganan serangan asma akut pada kehamilan
Dalam menghadapi ibu hamil dengan serangan asma akut, harus secara cepat dinilai beratnya serangan, jika berat perlu dipertimbangkan perawat diruang unit perawatan intensif dengan tetap memonitor keadaan janin dalam kandungan.

Penanganan serangan asma akut pada kehamilan adalah sebagai berikut:
  1. Pemberian oksigen yang telah dilembabkan, 2-4/menit, pertahankan pO2 70-80 mmHg. Janin sangat rentan terhadap keadaan hipoksia.
  2. Hindari obat-obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin. Tenangkan penderita Berikan cairan intravena, biasanya penderita mengalami kekurangan cairan, cairan yang digunakan biasanya ringer laktat atau normal saline.
  3. Berikan aminofilin dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan dosis 0,8-1 mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma sebesar 10-20 mikrogram/ml.
  4. Jika diperlukan pertimbangan penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg
  5. Berikan steroid : hidrokortison secara intravena 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau setelah loading dose dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam
  6. Pertimbangan penggunaan antibiotika jika ada kecurigaan infeksi yang menyertai
  7. Intubasi dan ventilasi bantuan, jarang dibutuhkan kecuali pada kasus-kasus yang mengancam kehidupan.
  8. Serangan asma berat yang tidak memberikan respons setelah 30-60 menit dengan terapi infeksi (obat agonis beta & teofilin) disebut status asmatikus, pada keadaan ini penderita ini harus ditangani di unit perawatan intensif Selama kehamilan pertimbangan untuk intubasi lebih awal diperlukan jika fungsi pernapasan ibu terus menurun, meskipun dilakukan penanganan yang intensif. Melakukan intubasi dan ventilasi mekanis.

Penanganan asma dalam persalinan
Pada kehamilan dengan asma yang terkontrol baik, tidak diperlukan suatu intervensi obstetri awal. Pertumbuhan janin harus dimonitor dengan ultrasonografi dan parameter-parameter klinik, khususnya pada penderita-penderita dengan asma berat atau yang steroid dependen, karena mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah pertumbuhan janin. Onset spontan persalinan harus diperbolehkan, intervensi preterm hanya dibenarkan untuk alasan obstetrik.

Karena pada persalinan kebutuhan ventilasi bisa mencapai 20 I/menit, maka persalinan harus berlangsung pada tempat dengan fasilitas untuk menangani komplikasi pernapasan yang berat; peneliti menunjukkan bahwa 10% wanita memberat gejala asmanya pada waktu persalinan.

Selama persalinan kala I pengobatan asma selama masa prenatal harus diteruskan, ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan kortikosteroid harus hidrokortison 100 mg intravena, dan diulangi tiap 8 jam sampai persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan, penanganannya sama dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan seperti telah diuraikan di atas.

Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik untuk penderita asma, kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki dilakukannya seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea lebih dipilih anestesi regional daripada anestesi umum karena intubasi trakea dapat memacu terjadinya bronkospasme yang berat.

Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama persalinan pervaginam, memperpendek, kala II dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps akan bermanfaat.
Bila terjadi pendarahan post partum yang berat, prostaglandin E2 dan uterotonika lainnya harus digunakan sebagai pengganti prostaglandin F2(x) yang dapat menimbulkan terjadinya bronkospapasme yang berat.

Dalam memilih anestesi dalam persalinan, golongan narkotik yang tidak melepaskan histamin seperti fentanyl lebih baik digunakan daripada meperidine atau morfin yang melepas histamin.
Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik yang lain, maka sebaiknya anestesi cara spinal.

Penanganan asma post partum
Penanganan asma post partum dimulai jika secara klinik diperlukan. Perjalanan dan penanganan klinis asma umumnya tidak berubah secara dramatis setelah post partum. Pada wanita yang menyusui tidak terdapat kontra indikasi yang berkaitan dengan penyakitnya ini.

Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya kurang dari 10% dari jumlah yang diterima ibu. Kadar maksimal dalam air susu ibu tercapai 2 jam setelah pemberian, seperti halnya prednison, keberadaan kedua obat ini dalam air susu ibu masih dalam konsentrasi yang belum mencukupi untuk menimbulkan pengaruh pada janin.

Nyeri dalam Persalinan

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Rasa sakit dalam persalinan dialami oleh seorang wanita dalam persalinan adalah disebabkan oleh kontraksi uterus, pembukaan serviks dan pada akhir kala I oleh peregangan vagina dan dasar panggul karena janin sudah berada di dasar panggul.

Rangsangan-rangsangan yang menyakitkan ini dikirimkan oleh syaraf-syaraf thoracic, lumbal dan sakral. Ujung-ujung syaraf uterus meneruskannya ke kedua syaraf thoracic yang berakhir T 11 dan T 12, melalui paraservical pexus. Syaraf-syaraf ini mengirimkan rasa sakit yang disebabkan oleh pembukaan leher rahim. Pada akhir kala I T 10 dan syaraf lumbal yang pertama, L 1 juga terlibat. Syaraf pudendal merelay impuls rasa sakit tersebut dari dasar pangul yang meregang menuju syaraf sacral S2, S3 dan S4.


Pengurangan Rasa Nyeri Dalam Persalinan
Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah:
1. Pemenuhan kebutuhan fisisk
2. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus
3. Keringanan dari rasa sakit
4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
5. Pemberian informasi tentang kemauan proses persalinan dan hasil persalinannya.

Persepsi Rasa Nyeri
Cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

1. Rasa takut atau kecemasan
Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri pada saat proses persalinan (tanpa pendamping) dan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan.

2. Kepribadian
Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.

3. Kelelahan
Ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

4. Faktor sosial dan budaya
Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa budaya mengharapkan stooicisme (sabar dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.

5. Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan menerima analgesik yang sesuai.

Metoda Pengurangan Rasa Nyeri

1. Metode Alami
Prinsipnya pengurangan rasa nyeri dengan metode alami, yaitu mengurangi ketegangan ibu sehingga bisa merasa nyaman dan relaks menghadapi persalinan. Metode ini juga bisa meningkatkan stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak berdampak pada bayi yang dilahirkan.

Metode pereda nyeri alami bisa digabungkan dengan metode pereda nyeri dengan obat. Bila ingin menggunakannya, ada baiknya mendiskusikan terlebih dulu dengan dokter jauh-jauh hari sebelum menghadapi persalinan.

Metode pengurangan rasa nyeri secara alami terdiri dari :

Metode Panas Dingin
Memang tak menghilangkan keseluruhan nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air panas yang dibungkus handuk dan dicelup ke air dingin mengurangi pegal di punggung dan kram bila ditempel di punggung. Menaruh handuk dingin di wajah juga bisa mengurangi ketegangan.

Gerakan
Teruslah bergerak agar sirkulasi darah meningkat, nyeri punggung berkurang, dan perhatian teralih dari rasa nyeri. Cobalah berbagai posisi persalinan, gunakan bantal untuk menyangga sampai diperoleh posisi paling nyaman.

Pijat
Pijatan pada bahu, leher, wajah, dan punggung bisa meredakan ketegangan otot serta memberi rasa relaks. Sirkulasi darah juga menjadi lancar sehingga nyeri berkurang.

Terapi Aroma
Mengirup aroma minyak esensial bisa mengurangi ketegangan, terutama pada persalinan tahap awal. Dapat juga untuk mengharumkan ruang persalinan karena dapat memberikan efek menenteramkan.

Teknik bernapas yang benar
Disebut juga psikopropilaksis. Metode ini menekankan teknik bernapas yang benar selama kontraksi. Berkonsentrasi pada napas dapat mengalihkan Anda dari nyeri, membuat otot-otot relaks serta ketegangan mengendur.

Dilakukan oleh ahli/ dibantu Terapis
Jika ingin menggunakan salah satu metode berikut, Anda harus meminta bantuan terapis/ahli agar semuanya berjalan baik. Hubungi seorang terapis dan cobalah dulu sebelum persalinan. Pastikan juga ia bisa mendampingi Anda selama proses persalinan.

Akupunktur
Dalam filosofi Cina, rasa sakit dan nyeri terjadi akibat ketidakseimbangan aliran energi dalam tubuh. Keseimbangan itu dikendalikan dengan menusukkan jarum-jarum kecil atau menggunakan tekanan jari tangan ke titik-titik tertentu di tubuh. Banyak wanita hamil yang merasakan manfaatnya untuk mengatasi keluhan selama hamil, seperti mual atau sakit kepala. Metode ini kemudian juga dipakai untuk meringankan nyeri persalinan.

Refleksiologi
Menekan titik di kaki untuk mengurangi nyeri. Pijatan lembut di kaki juga membuat nyaman.

Hypnobirthing
Hipnotis saat menghadapi persalinan memberi sugesti lewat relaksasi pikiran. Dengan dibimbing terapis hipnotis, Anda bisa mengontrol pikiran, rasa nyeri pun akan hilang. Banyaklah berlatih dengan terapis sebelum Anda memilih metode ini. Bagi yang sudah menguasai metodenya, hipnotis diri sendiri/self hypnosis bisa dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan. Caranya, setelah mata terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil memandang satu titik tepat di atas mata, makin lama kelopak mata makin relaks, berkedip, dan pada hitungan ke-5, mata akan menutup. Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan, pikiran) dan raga beristirahat, masukkan pikiran positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar.

2. Penggunaan Obat
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa metode atau pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya pethidine, anestesi epidural, entonox, TENS atau ILA (Intrathecal Labour Analgesia). Namun, belum semua metode dan obat ada di Indonesia.

Pethidine
Pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas bergerak dan terasa agak mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat ini bereaksi 20 menit, kemudian akan bekerja selama 2 - 3 jam dan biasanya diberikan pada kala I. Obat biasanya disuntikkan di bagian paha atau pantat. Penggunanaan obat ini juga menyebabkan bayi mengantuk, tetapi pengaruhnya akan hilang setelah bayi lahir. Pethidine tidak diberikan secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan kontraksi rahim yang terlalu kuat.

Anestesi epidural
Metode ini paling sering dilakukan karena memungkinkan ibu untuk tidak merasakan sakit tanpa tidur. Obat anestesi disuntikkan pada rongga kosong tipis (epidural) diantara tulang punggung bagian bawah. Spesialis anestesi akan memasang kateter untuk mengalirkan obat yang mengakibatkan saraf tubuh bagian bawah mati rasa selama sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak maka ibu akan mengedan lebih lama.

Entonox
Metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oxida, dapat menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada epidural dan dapat digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa, pegang masker di muka, lalu tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan kepala terasa lebih ringan.

TENS
Metode penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS (transcutaneous Electrical Nerves Stimulation) dipilih jika rasa sakit ingin hilang tanpa menggunakan obat. Mesin ini merupakan suatu sensor elektronik yang membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa elektroda ditempelkan diatas saraf punggung menuju rahim dan dihubiungkan denagn panel kontrol yang dipegang untuk menambah atau mengurangi arus listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak membahayakan.
Intrathecal Labour Analgesia.

Intrathecal Labour Analgesia (ILA) adalah suatu teknik baru untuk menghilangkan nyeri persalinan yang hampir mirip dengan epidural, tetapi berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat anestesinya. Pada ILA, obat anestesi disuntikan intratekal, suatu daerah sedikit di atas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih sedikit dibanding epidural. Keuntungan dari teknik ILA dibanding epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah dilakukan, dan biayanya realtif lebih murah.

Teknik Relaksasi
Perkembangan lain dari tehnik psychophylaxis adalah tehnik relaksasi. Manfaat relaksasi dalam persalinan sama dengan manfaat relaksasi yang didapat dalam kehidupan sehari – hari.
  • Mencegah otot – otot dari kelelahan, khususnya otot besar pada rahim
  • Menolong ibu mengatasi stress persalinan sehingga lebih menikmati pengalamannya
  • Menolong menghemat energi
  • Membantu ibu berkomunikasi lebih efektif dengan orang – orang disekitarnya
  • Membantu bayi dalam kelahirannya
  • Jika ibu rilex, ibu tidak akan mengalirkan hormon stress ke sistem tubuh bayi

Memang tidak mudah untuk betul – betul rileks dalam persalinan. Namun, dapat dilakukan dengan tehnik dan bantuan sederhana, khususnya dari pendamping persalinan. Mendapat dukungan dalam persalinan merupakan factor penting dalam menciptakan pengalaman persalinanyang positif bagi ibu. Selain itu, menghasilkan hasil yang positif bagi bayi.

Kebanyakan ibu terbebas darui rasa sakit dan rasa tidak nyaman diantara dua kontraksi. Inilah saat yang tepat memeriksa tubuh, khususnya dibagian yang tegang. Pendamping dapat membantu memijat atau jika suami, memeluk dan mencium ibu agar lebih tenang. Tetap focus pada latihan pernapasan, baik saat terjadi kontraksi atau diantara kontraksi juga dapat membantu.

Berikut ini beberapa langkah menuju relaksasi :
1. Memilih lingkungan yang tepat
Langkah pertama menuju relaksasi adalah memilih lingkungan bersalin yang benar – benar nyaman bagi ibu. Hingga kini, belum ada penelitian menyebuitkan tempat bersalin teraman adalah rumah sakit modern dengan pengawasan ahli. Justru bukti – bukti menunjukkan ibu dan bayi lebih sedikit mendapat intervensi dan secara fisik maupun psikologis lebih sehat ketika bersalin di lingkungan yang tidak terlalu canggih. Jadi pilihlah dengan jujur tempat bersalin yang nyaman bagi ibu. Tempat itu dapat di rumah sakit, klinik bersalin, atau di rumah.

2. Memahami tubuh
Setiap kali stress ketika hamil, coba amati tubuh yang bereaksi. Apakah ibu mengerat gigi, sakit perut, leher dan bahu jadi tegang dan sakit, atau merengut. Ini semua tanda, otot – otot dalam keadaan tegang sehingga tubuh sakit dan letih. Tarik nafas dalam – dalam, saat menghembuskan, lemaskan otot sehingga kendur dan lunak, tidak kaku, latih tehnik ini secara teratur. Dengan demikian, otomatis ibu dapat mengidentifikasi ketegangan tubuh dan segera mengistirahatkannya saat bersalin. Ini juga berefek positif bagi tekanan darah.
Dalam persalinan, tarik nafas dalam – dalam ketika kontraksi dimulai. Saat menghembuskan napas, cobalah rilex. Selanjutnya, focus pada kata – kata atau kalimat pengalih perhatian.

3. Komunikasikan dengan jelas
Jika ibu tidak memiliki gambaran yang akan terjadi pada tubuh selama persalinan, tidak mengerti yang akan dilakukan petugas medis, atau percakapan mereka tidak melibatkan ibu, ibu akan sulit rileks. Oleh karena itu, jika ibu tidak yakin mengenai berbagai aspek dalam persalinan atau menyimpan kekhawatiran bahwa sesuatu akan menimpa ibu atau bayi, tanyakan hal itu pada petugas medis. Setelah itu mendengar dari mereka segalanya baik – baik saja, biasanya ibu segera rileks. Pastikan pendamping persalinan mengerti. Perannya yang terpenting adalah senantiasa membuat ibu cukup informasi.